Writed by: Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Hal_Hal yang Dianjurkan Bagi Orang yang Mendengar Adzan
Tulisan kali ini adalah berkenaan tentang hal-hal yang dianjurkan bagi seseorang yang mendengar adzan ketika adzan dikumandangkan oleh muadzin. Adapun yang termasuk hal-hal yang dianjurkan bagi orang yang mendengar adzan sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Fiqih Sunnah karya Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim adalah sebagai berikut :
1. Menirukan secara pelan apa yang diucapkan muadzin. Diriwayatkan dari Abu Sa’id bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
Adapun apabila muadzin mengucapkan hayya ‘alash shalah dan hayya ‘alal falah, maka ucapkanlah: la haula wala quwwata illa billah. Hal ini berdasar-kan hadits Umar bin Khaththab, ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda; …Kemudian muadzin mengucapkan hayya ‘alash shalah, ia menjawab: la haula wala quwwata illa billah; kemudian muadzin mengucapkan hayya ‘alal falah, ia menjawab: la haula wala quwwata illa billah…” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud]
Berdasarkan hadits-hadits di atas, maka jumhur ulama berpendapat bahwa jawaban hai’alatain dikhususkan dengan hadits ini dari keumuman hadits Abu Sa’id di atas. Karena hai’alatain adalah khithab (perintah), dan tidak ada faidahnya diulang kembali.
Kemudian, apa jawabannya jika muadzin mengucapkan: “ash_shalatu khaoirum minan naum”???
Jawabanya: Pendengarnya juga menjawabnya dengan ucapan, “ash_shalatu khaoirum minan naum” berdasarkan keumuman hadits Abu Sa’id di atas. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa pendengar menjawab dengan jawaban: “shadaqta wa bararta” adalah pendapat yang tidak ada dasarnya dari hadits shahih. Oleh karena itu, tidak boleh beribadah dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya. Wallahu ‘alam
Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim dalam kitab Shahih Fiqih Sunnah mengatakan bahwa ketika muadzin mengucapkan dua kalimat syahadat, maka pendengar sudah cukup menjawab: wa ana (saya juga), atau dengan jawaban: wa ana asyhad (aku juga bersaksi). Hal ini berdasarkan hadits Sahl bin Hanif bahwa ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan duduk di atas mimbar dan muadzin sedang mengucapkan: Allahu Akbar – Allahu Akbar, aku men-dengar Mu’awiyah menjawab: Allahu Akbar – Allahu Akbar. Di saat muadzin mengucapkan: Asyhadu allaa ilaaha illallah, ia menjawab: wa ana (saya juga). Lalu muadzin mengucapkan: Asyhadu anna Muhammadar rasulullah, ia menjawab: wa ana (saya juga). Setelah adzan selesai, ia berkata: “Wahai manusia sekalian, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di majelis ini, ketika muadzin sedang mengumandangkan adzan, beliau mengucapkan seperti apa yang telah kalian dengar dariku.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Al_Bukhari, An_Nasa’i, dan Ahmad (IV/95)]
2. Mengucapkan shalawat atas Nabi dan memintakan wasilah untuk beliau setelah adzan. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amir bahwasannya ia pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian men-dengar suara muadzin, maka uacapkanlah seperti yang diucapkannya kemudian bershalawatlah kepadaku. Sebab barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mohonlah kepada Allah wasilah untukku. Sesungguhnya wasilah adalah suatu kedudukan di surga yang tidak diberikan kecuali kepada seorang hamba Allah, dan aku berharap bahwa akulah orangnya. Barang-siapa memohon kepada Allah wasilah untukku, maka orang tersebut berhak mendapat syafaatku.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, At_Tirmidzi, dan An_Nasa’i (II/25)]
3. Mengucapkan syahadatain serta ridha kepada Allah, Rasul, dan agama_Nya. Diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash, dari Rasulullah, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan, ketika mendengar panggilan adzan: ‘Aku bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang hak kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi_Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan_Nya. Aku ridha Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulku, maka akan diampuni’ dosa-dosanya yang telah lalu.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan At_Tirmidzi]
4. Berdoa di antara adzan dan iqamah, karena doa di antara adzan dan iqamah adalah doa yang mustajab. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berdoa di antara adzan dan iqamah tidak akan tertolak, maka berdoalah.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud, At_Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ahamad (III/155)]
Ping balik: Adzan dan Iqamah | Welcome to my wordpress