Perkara-Perkara yang Dilarang Dalam Shalat

Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Perkara_Perkara yang Dilarang Dalam Shalat

Perkara yang dilarang dalam shalat adalah perkara-perkara yang disebutkan dalam nash-nash syariat tentang keharamannya atau kemakruhannya dalam shalat. Tetapi larangan-larangan ini (bila dilanggar) tidak membatalkan shalat dan hanya mengurangi nilai pahalanya, yaitu sebagai berikut:

1. Berkacak pinggang dalam shalat.

Diriwayatkan dari Ziyad bin Shubaih, ia berkata, “Aku pernah shalat di samping Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dan aku letakkan kedua tangan-ku di atas pinggang. Setelah shalat, ia berkata, ‘Ini salib dalam shalat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.’ ” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud, An_Nasa’i, dan Ahmad dengan sanad hasan]

Berdasarkan juga riwayat dari Aisyah bahwa ia membenci (memakruhkan) orang yang shalat dengan berkacak pinggang, seraya berkata, “Perbuatan ini dilakukan oleh kaum Yahudi.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al_Bukhari]

2. Memandang ke langit.

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah mereka berhenti mengangkat pandangan mereka ke langit ketika berdoa dalam shalat, pandangan mereka akan direnggut (dibutakan).” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim dan An_Nasa’i (III/39)]

3. Melihat sesuatu yang dapat melalaikan shalat

Berdasarkan hadits dari Aisyah bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan mengenakan baju yang bercorak, maka beliau bersabda, “Corak pakaian ini telah mengggangu shalatku. Bawahlah jubah ini kepada Abu Jahm, lalu ambilkan untukku Anbajaniyah (baju kasar tanpa corak)nya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]

4. Menoleh tanpa ada keperluan

Berdasarkan riwayat dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang menoleh dalam shalat, maka beliau menjawab: Itulah ikhtilas (pencurian) yang dilakukan setan dari shalat seseorang hamba.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari, Abu Dawud, dan An_Nasa’i (III/8)]

Makna kata ikhtilas dalam hadits di atas adalah mengambil dengan cepat dan tersembunyi saat si pemilik barang lengah. [Lihat Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, hal. 552]

5. Menjalin jari-jemari

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang dari kalian berada di rumahnya lalu ia pergi ke masjid, maka ia masih dikate-gorikan sebagai orang yang shalat hingga ia kembali (ke rumahnya), dan janganlah melakukan seperti ini, seraya beliau menjalinkan di antara jari-jari tangannya.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Al_Hakim dalam kitab Shahih Al_Jami’ . Hadits ini ada penguatnya yang tertera dalam kitab Musnad Ahmad (III/42) dari Abu Sa’id]

6. Membunyi_bunyikan jari-jemari

Berdasarkan riwayat dari Syu’bah maula (pembantu) Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku pernah shalat di samping Ibnu Abbas, lalu aku membunyikan jari-jariku. Seusai shalat ia berkata, ‘Semoga ibumu hilang.’ Apakah kamu membunyikan jari-jemarimu sementara kamu sedang shalat?” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (II/334). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al_Albani menghasankannya dalam kitab Al_Irwa’ Al_Ghalil (II/99)]

7. Berselimut dengan kain danmeletakkan tangan di dalamnya

Berselimut dengan kain dan meletakkan tangan di dalamnya, lalu ruku’ dan sujud dalam keadaan seperti ini – hal ini disebut dengan sadl –. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang sadl  tersebut. [Hadits hasan, diriwa-yatkan oleh Abu Dawud dan At_Tirmidzi dengan sanad yang hasan]

Penulis berkata, “Sadl adalah melilitkan kain ke badan dan kedua tangan juga termasuk dalam lilitan kain tersebut, lalu ruku’ dan sujud dalam keadaan seperti itu.”

8. Menguap dalam shalat

Menguap dalam shalat tidak boleh dibiarkan, tetapi wajib dicegah dan meletakkan tangan pada mulut. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu  bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Menguap (dalam shalat) berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kalian menguap, maka hendaklah ia menahannya semampunya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari, Muslim, dan At_Tirmidzi. Adapun tambahan lafaz di atas tertera di dalam riwayat oleh At_Tirmidzi]

9. Meludah ke arah kiblat atau ke sebelah kanan

Berdasarkan hadits dari Jabir, ia berkata, “Apabila salah seorang dari kalian berdiri untuk mengerjakan shalat, maka sesungguhnya Allah berada di hadapannya. Oleh karena itu, janganlah meludah ke arah depan dan ke sebelah kanannya. Tetapi hendaklah meludah ke sebelah kiri atau ke bawah kaki sebelah kirinya. Jika ia terdesak (yakni terdesak membuang ludah atau dahak) secara spontan, maka hendaklah ia meludah ke pakaiannya seperti ini, seraya beliau melipat pakaiannya dan menggosok-gosoknya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]

10. Memejamkan mata ketika shalat

Apabila memejamkan mata dalam shalat dimaksudkan untuk mendekatkan diri ke pada Allah, maka hal ini diharamkan, karena termasuk dalam perkara bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Apabila bukan itu maksudnya, maka hukumnyya makruh, karena menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Qayyim Al_Jauziyah berkata, “Tidak ada petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang memejamkan mata ketika shalat… Dan yang dapat dijadikan sebagai dalil adalah beliau mengulurkan tangannya dalam shalat Kusuf untuk mengambil setandan anggur tatkala melihat surga. Demikian juga ketika beliau melihat neraka, yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang pernah memelihara seekor kucing, dan pemilik tongkat. Demikian juga ketika beliau mengusir hewan yaang hendak melintas di hadapan beliau….” [Lihat Ibnul Qayyim Al_Jauziyah, Zadul Ma’ad  (I/294)]

Semua hadits-hadits di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa beliau tidak memejamkan kedua matanya pada saat mengerjakan shalat.

11. Menggeliat ketika shalat

Menggeliat dalam shalat hukumnyya makruh, kecuali sekedarnya karena memang dibutuhkan. Alasannya karena menggeliat menunjukkan sikap yang tidak khusyu’ dalam shalat.

Berdasarkan riwayat dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Menggeliat mengu-rangi pahala shalat.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (I/349)]

12. Tathbiq ketika ruku’

Tathbiq adalah menyatukan kedua telapak tangan lalu meletakkannya di antara kedua lutut dan paha ketika ruku.’

Penulis berkata, “Pada awalnya cara seperti ini disyariatkan, tetapi kemu-dian dilarang.”

Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku shalat di samping ayahku lalu aku letakkan kedua tanganku di antara kedua lututku, maka ayahku berkata kepadaku, ‘Letakkan kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu.’ Pada kali lain aku ulangi cara tersebut, dan ayahku langsung memukul tanganku seraya berkata, ‘Kami dilarang melakukan cara seperti ini, dan kami diperintahkan untuk meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut’.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]

13. Membaca Alquran ketika ruku’ dan sujud

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ketahui-lah bahwa aku dilarang membaca Alquran dalam keadaan ruku’ dan sujud.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]

14. Menghamparkan kedua hasta (di atas lantai) ketiika sujud

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Luruslah dalam sujud dan jangan salah seorang di antara kalian menghamparkn kedua tangannya sebagaimana yang dilakukan anjing.” [Hadits shahih, diri-wayatkan oleh Al_Bukhari, Muslim, dan lain-lain]

15. Menggulung pakaian (menggulung agar tidak terjuntai ke tanah) ketika sujud

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk sujud di atas tujuh anggota badan, serta melarang kami menggulung rambut dan pakaian.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]

Penulis berkata, “Termasuk dalam kategori ini adalah menggulung ujung lengan baju.”

16. Duduk Iq’a’

Duduk Iq’a’ adalah menempelkan kedua pinggul di lantai, menegakkan kedua betis, dan meletakan kedua tangan di atas lantai.

Berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang di dalamnya disebutkan, “Beliau melarang kami duduk seperti duduknya setan.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim]

Penjelasan:

Duduk Iq’a’  seperti yang telah dijelaskan di atas adalah duduk yang terlarang. Hanya saja ada jenis duduk iq’a’ yang dibolehkan, yaitu menegak-kan kedua telapak kaki lantas duduk di ats tumitnya pada saat duduk di antara dua sujud. Bahkan duduk seperti ini disunnahkan.

17. Meletakkan kedua tangan di lantai ketika duduk dalam shalat, kecuali ada udzur

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang duduk dalam shalat dengan bersandar pada tangan kirinya.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, Al_Hakim, dan Al_Baihaqi (II/136)]

18. Orang yang sakit sujud di atas sesuatu yang agak tinggi

Orang yang sakit jika mampu sujud di atas lantai, maka ia wajib melakukan-nya. Jika tidak sanggup maka cukuplah dengan isyarat kepalanya saja. Tidak perlu meletakkan bantal atau sejenisnya pada tempat sujudnya.

Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menjengauk salah seorang sahabatnya yang sedang sakit, dan aku ikut bersama beliau, lalu beliau menjenguknya saat sahabat tersebut sedang shalat pada sebilah kayu dan meletakkan dahinya pada sebilah kayu itu. Beliau memberi isyarat kepadanya agar membuang sebilah kayu itu. Ketika ia mengambil bantal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Biarkan bantal itu. Jika engkau sanggup sujud di atas lantai (maka lakukanlah). Jika tidak mampu, maka lakukan dengan isyarat. Caranya, posisi sujudmu lebih rendah daripada posisi ruku’mu’.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ath_Thabrani dalam kitab Al_Kabir (XII/270). Hadits ini dikuatkan oleh hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh Al_Bazzar dan Al_Baihaqi. Syaikh Al_Albani menshahihkan hadits ini di dalam kitab Silsilah Al_Ahadits Ash_Shahihah, hal. 323]

19. Membersihkan krikil dari tempat sujud dan melakukan gerakan yang tidak perlu dalam shalat

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah mengusap tanah pada saat sedang shalat. Jika kamu harus melakukannya, maka cukup sekali saja untuk meratakan tanah.” [Hadits shahih, diriwayat-kan oleh Abu Dawud (I/946). Imam An_Nawawi mengatakan bahwa sanadnya sesuai dengan kriteria Al_Bukhari dan Muslim]

Penjelasan:

Apabila ada krikil atau tanah yang menempel di kening ketika sujud di tanah, maka makruh dibersihkan. Karena aktifitas ini dapat mengganggu shalat, apalagi jika dilakukan berkali-kali.

Ibnu Mas’ud berkata, “Ada empat macam tabi’at kasar… (beliau menyebut-kan di antaranya): seseorang yang membersihkan tanah yang melekat di dahinya pada saat sedang melaksanakan shalat.” [Hadits shahih, diriwayat-kan oleh Al_Baihaqi (II/285). Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al_Albani dalam kitab Al_Irwa’ Al_Ghalil  (I/98)]

Penulis berkata, “Apabila tanah yyang melekat tersebut dapat mengganggu shalat, maka harus dibersihkan.” Wallahu ‘alam

20. Menurunkan kedua lutut sebelum kedua tangan ketika sujud

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Jika salah seorang dari kalian hen-dak sujud, maka janganlah ia turun seperti menderumnya unta. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya terlebih dahulu sebelum meletakkan kedua lututnya.” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud, An_Nasa’i, dan Ahmad dengan sanad yang hasan]

21. Memberi isyarat ke kiri dan ke kanan dengan kedua tangan pada saat mengucapkan salam

Isyarat seperti ini banyak dikerjakan oleh orang-orang awam, baik laki-laki maupun perempuan, padahal perbuatan ini terlarang dalam shalat.

Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya ia berkata, “Jika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan: As_salamu ‘alaikum warahmatullah, as_salamu ‘alaikum warahmatullah sambil memberi isyarat dengan tangan ke kiri dan ke kanan. Melihat hal itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mengapa kalian memberi isyarat dengan tangan mirip seperti ekor-ekor kuda liar? Cukuplah salah seorang dari kalian meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian mengucapkan salam kepada saudaranya, yaitu orang yang berada di sebelah kanan dan kirinya.” [Hadits shahih, diriwayaytkan oleh Muslim, An_Nasa’i, dan Abu Dawud]

Maksud ekor-ekor kuda di atas adalah kuda yang tidak dapat tenang bahkan selalu memberontak dan menggerakkan ekor dan kakinya (kuda liar). [Lihat Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, hal. 559]

22. Mendahului imam dalam gerakan shalat

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidakkah salah seorang dari kalian takut, ketika mengangkat kepalanya mendahului imam, bila Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah akan merubah rupanya menjadi keledai.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]

23. Shalat ketika makanan sudah terhidangkan, atau shalat dengan menahan buang air kecil dan buang air besar

Diriwayaytkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidak boleh mengerjakan shalat pada saat makanan telah dihidangkan, dan tidak boleh pula (shalat) pada saat menahan buang air besar dan kecil.” [Hadits shahih, diriwayat-kan oleh Muslim]

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s