Keluarga Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam

Assalamu’alikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh

SMP Negeri 10 Lahat – Kegiatan MABIT Kelas 9

SMP Negeri 10 Lahat – Kegiatan MABIT Kelas 9

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Keluarga Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam

Keluarga Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam dikenal dengan sebutan keluarga Hasyimiyah, yang dinisbatkan kepada kakeknya, yaitu Hasyim bin Abdu Manaf. Oleh karena itu, ada baiknya kita menyebutkan sekilas tentang keadaan Hasyi dan keturunan sesudahnya.

1.   Hasyim
Hasyim – nama aslinya adalah Amru – adalah orang yang memegang urusan air minum dan makanan Bani Abdu Manaf. Hasyim sendiri adalah orang yang kaya raya dan terhormat. Dialah orang yang pertama kali memberikan remukan roti bercampur kuah kepada orang_orang yang menunaikan ibadah haji di Makkah. Dia juga orang yang pertama kali membuka jalur perjalanan dagang dua kali dalam satu tahun bagi orang_orang Quraisy, yaitu sekali pada musim dingin dan sekali pada musim kemarau.

Di antara momen kehidupannya, dia pernah pergi ke Syam untuk berda-gang. Setiba di Madinah, dia menikah dengan Salma binti Amru dari Bani Ady bin An_Najjar dan menetap di sana bersama istrinya. Lalu dia melanjut-kan perjalanannya ke Syam, sementara istrinya tetap bersama keluarganya, yang saat itu sedang mengandung anaknya, yaitu  Abdul Muththalib. Namun Hasyim meninggal dunia setelah menginjakan kaki di Palestina.

Kemudian Salma binti Amru melahirkan Abdul Muththalib pada tahun 497 M dengan nama Syaibah, karena ada rambut putih (uban) di kepalanya.

Hasyim mempunyai empat putra, yaitu Asad, Abu Shaify, Nadhlah, dan Abdul Muththalib. Dan mempynyai lima putri, yaitu Asy_Syifa’, Khalidah, Dha’ifah, Ruqayyah, dan Jannah. [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/107

2.   Abdu Manaf
Sebagaimana yang telah kita singgung pada bagian terdahulu bahwa penanganan air minum dan makanan sepeninggalan Hasyim ada di tangan saudaranya, yaitu Al_Muththalib bin Abdu Manaf, seorang laki_laki yang terpandang, dipatuhi dan dihormati di tengah kaumnya, yang dijuluki orang_orang Quraisy dengan sebutan Al_Fayyadh (sang dermawan), karena memang dia adalah seorang yang dermawan.

Tatkala Al_Muthtalib mendengar bahwa Syaibah (Abdul Muththalib) sudah tumbuh menjadi seorang pemuda, maka dia mencarinya. Setelah keduanya saling berhadapan, maka kedua mata Al_Muththalib meneteskan air mata haru, lalu dia pun memeluknya dan dia bermaksud membawanya. Namun Abdul Muththalib menolak ajakan itu kecuali jika ibunya mengizinkannya. Kemudian Al_Muththalib memohon kepada ibu Abdul Muththalib, tetapi permohonannya itu juga ditolak.

Al_Muthtalib berkata, “Sesungguhnya dia akan pergi ke tengah kerajaan ba-paknya dan tanah suci Allah Ta’ala.”

Akhirnya ibunya mengizinkan. Maka Abdul Muththalib dibawa ke Makkah dengan dibonceng di atas untanya. Sesampai di Makkah, orang_orang berkata, “Inilah dia Abdul Muththalib.”

Al_Muththalib berkata, “Celakalah kalian. Dia adalah anak saudaraku, Hisyam.”

Abdul Muththalib menetap di rumah Al_Muththalib hingga menjadi besar. Kemudian Al_Muththalib meninggal dunia di Yaman. Maka Abdul Muththalib menggantikan kedudukannya. Dia hidup di tengah kaumnya dan memimpin mereka seperti yang dilakukan oleh bapak_bapaknya terdahulu. Dia mendapatkan kehormatan yang tinggi dan dicintai di tengah kaumnya, yang tidak pernah didapatkan oleh bapak_bapaknya.

Namun Naufal – adik bapak Abdul Muththalib atau pamannya sendiri – merebut sebagian wilayah kekuasaannya, yang membuat Abdul Muththalib marah. Sehingga dia meminta dukungan kepada beberapa pimpinan Quraisy untuk menghadapi pamannya. Namun mereka berkata, “Kami tidak ingin mencampuri urusan antara dirimu dengan pamanmu.” Maka dia menulis surat yang ditujukan kepada paman_paman dari pihak ibunya, yaitu Bani Al_Najjar yang berisikan beberapa bait syair yang intinya meminta pertolongan kepada mereka. Salah seorang pamannya, yaitu Abu Sa’d bin Ady membawa delapan puluh pasukan berkuda, lalu singgah di pinggiran Makkah. Kemudian Abdul Muththalib menemui pamannya di sana dan berkata, “Mari singgah ke rumahku wahai pamanku.”

Pamannya berkata, “Tidak demi Allah, kecuali setelah aku bertemu Naufal.” Lalu Abu Sa’d mencari Naufal yang saat itu sedang duduk di Hijir bersama beberapa pemuka Quraisy. Abu Sa’d langsung menghunus pedang dan berkata, “Demi penguasa Ka’bah, jika engkau tidak mengembalikan wilayah kekuasaan anak saudariku, maka aku akan menebaskan pedang ini ke batang lehermu.”

Naufal berkata, “Aku sudah mengembalikannya.” Pengembalian ini dipersaksikan oleh para pemuka Quraisy, baru setelah itu Abu Sa’d bin Ady mau singgah ke rumah Abdul Muththalib dan menetap di sana selama tiga hari. Setelah itu dia melaksanakan umrah lalu pulang ke Madinah.

Melihat perkembangan ini, maka Naufal mengadakan perjanjian persahaba-tan dengan Bani Abdi Syams bin Abdi Manaf untuk menghadapi Bani Hasyim. Bani Khuza’ah yang melihat dukungan Bani Najjar terhadap Abdul Muththalib berkata, “Kami juga melahirkannya sebagaimana kalian melahir-kannya. Oleh karena itu, kami juga lebih berhak mendukunganya.”

Hal di atas bisa dimaklumi, karena ibu Abdi Manaf berasal dari keturunan mereka. Sehingga mereka memasuki Darun Najwah dan mengikat perjanjian persahabatan dengan bani Hasyim untuk menghadapi Bani Abdi Syams yang sudah bersekutu dengan Naufal. Perjanjian persahabatan inilah yang kemudian menjadi sebab penaklukan Makkah. [Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab An_Najdy, Mukhtashar Siratir Rasul, hal. 41-42]

Di antara peristiwa penting yang terjadi di Baitul Haram semasa Abdul Muththalib adalah penggalian sumur Zamzam dan peristiwa pasukan gajah.

3.   Abdullah
Abdullah adalah bapak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya adalah Fathimah binti Amr bin A’idz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah. Abdullah adalah anak Abdul Muththalib yang paling bagus dan paling dicintainya. Abdullah inilah yang mendapat undian untuk disembelih dan dikorbankan sesuai dengan nadzar Abdul Muththalib.

Ringkasnya, setelah anak_anaknya sudah berjumlah sepuluh orang dan tahu bahwa dia tidak lagi mempunyai anak, maka dia memberitahukan nadzar yang pernah diucapkannya ketika menangani sumur Zamzam kepada anak_anaknya. Ternyata mereka semua patuh. Kemudian dia menulis nama-nama mereka di anak panah untuk diundi, lalu diserahkan kepada patung Hubal. Setelah anak_anak panah itu dikocok, maka keluarlah nama Abdullah Kemudian Abdul  Muththalib menuntun Abdullah sambil membawa parang berjalan menuju Ka’bah untuk menyembelih anaknya itu. Namun orang-orang Quraisy mencegahnya, terutama paman_pamannya dari pihak ibu dari Bani Makhzum dan saudaranya Abu Thalib.

Abdul Muththalib yang kebingungan dan berkata, “Kalau begitu apa yang harus kulakukan sehubungan dengan nadzarku ini?”

Mereka mengusulkan untu menemui seorang dukun, maka dia pun menemui dukun perempuan itu. Sesampai di tempat dukun itu, dia diperintahkan untuk mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka dia harus menambahi lagi dengan sepuluh ekor unta, hingga Tuhan ridha. Jika yang keluar adalah nama unta, maka unta_unta itulah yang disembelih.

Kemudian dia keluar dari tempat dukun perempuan itu dan mengundi antara nama Abdullah dan sepuluh ekor unta. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Maka dia menambahi lagi dengan sepuluh unta. Setiap kali diadakan undian berikutnya, maka yang keluar adalah nama Abdullah, hingga jumlahnya mencapai seratus ekor unta, baru yang keluar adalah nama unta. Daging_daging unta tersebut dibiarkan begitu saja, tidak boleh dijamah oleh manusia maupun binatang. Tebusan pembunuhan memang berlaku di kalangan Quraisy dan Banagsa Arab adalah sepuluh ekor unta. Namun setelah kejadian ini, jumlahnya berubah menjadi seratus ekor unta, yang juga diakui Isalam.

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Aku adalah anak dua orang yang disembelih.” Maksudnya adalah Isma’il ‘alaihis salam dan Abdullah. [Lihat Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al_Humary, As_Sirah An_Nabawiyah, (Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafah Al_Baby Al_Halaby wa Auladuhu, 1375 H), cet. 2, hal. 1/151; dan lihat juga kitab Mukhtashar Siratir Rasul karya Muhammad bin Abdul Wahhab An_Najdy, hal. 12, dan 22-23]

Kemudian, Abdul Muththalib menikahkan anaknya, yaitu Abdullah dengan Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, yang saat itu Aminah dianggap sebagai wanita yang paling terpandang di kalangan Quraisy dari segi keturunan maupun kedudukannya, karena bapaknya adalah pemuka Bani Zuhrah. Abdullah hidup bersamanya di Makkah. Namun tidak lama kemudian, Abdul Muththalib mengutusnya pergi ke Madinah untuk mengurus kurma. Ternyata Allah Ta’ala mentakdirkan dia meninggal di Madinah dan dikuburkan di Darun Nabighah Al_Ja’dy pada umur dua puluh lima tahun.

Menurut pendapat mayoritas pakar sejarah bahwa Abdullah meninggal dunia sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir.

Warisan yang ditinggalkan oleh Abdullah adalah berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, dan pembantu wanita Habsy, yang namanya adalah Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman – Dialah wanita pengasuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Silakan Lihat Tulisan Lainnya Di Bawah ini :

8 Comments

  1. wah,senang sekali rasanya para guru bisa berbagi ilmu tidak hanya di bangku pendidikan…
    thank’s ilmunya…
    mudah-mudahan blog ini bisa menjadi inspirasi untuk guru2 lain tetap semangat berbagi ilmu apapun media yang di gunakan….
    amien…

  2. sama_sama salam kenal juga, akan lebih jika kita tidak hanya mengenal silsilah keluarga nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mentauladani beliau dalam segala urusan yang telah ditetapkan sebagai sunnah beliau sesuai dengan kemampuan kita.

    Allah Ta’ala berfirman:
    Dan apa-apa yang telah diperintahkan, maka kerjakanlah, dan apa yang dilarang, maka jauhilah…

    terim asih atas kunjungan dan komentarnya, semoga bermanfaat bagi kita semua. aaminn !!

  3. Alhamdulillah, jika tulisan kami ini bermanfaat bagi anda, kami berharap dan berdoa kepada Allah Yang Maha Mengetahui, semoga semuai ini bernilai pahala yang akan memberatkan amal kebaikan kita di yaumil hisab kelak. aamiin 🙂

    makasih juga buat kunjungan dan komentar anda.ws

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s