Teori Belajar Konstruktivis

Teori Belajar Konstruktivis

Hakikat Pembelajaran Konstruktivis adalah Pembentukan pengetahuan yang memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting dalam teori konstruktivis adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar / siswa. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata, http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.).

Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh ( Brooks & Brooks dalam Degeng ) mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

Aspek-aspek Pembelajaran Konstruktivis :

Fornot mengemukakan aaspek-aspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the construction of meaning). Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru perngertian orang itu berkembang.

Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu biasa, jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidak seimbangan (disequilibrium). Akibat ketidak seimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidak seimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding.  Scaffolding, berarti membrikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.

Konstruktivis  Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks social budaya. Proses penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.

Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1), mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zona of proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi. Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosialkultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, funsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka. Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Pandangan Konstruktivis tentang belajar dan pembelajaran :
Pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna seta menghargai ketidakmenentuan. Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, objek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistic.

Pandangan Konstruktivis tentang Tujuan Pembelajaran :

Penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan-ke-bagian. Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar. Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis. Pembelajaran menekankan pada proses.

Pandangan Konstruktivis tentang Penataan Lingkungan Belajar :

Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan, Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi unsure yang esensial dalam lingkungna belajar. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Si belajar adalah subjek yang harus memapu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. Control belajar dipegang oleh si belajar.

Pandangan Konstruktivistik tentang evaluasi pembelajaran :

Evaluasi menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam konsteks nyata. evaluasi yang menggali munculnya berpikir divergent, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar, evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. evaluasi menekankan pada keterampilan proses dalam kelompok.

Rancangan Pembelajaran Konstruktivis :

Berdasarkan teori J. Peaget dan Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat dirancang/didesain model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut : 1)  identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview. 2) penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. 3) orientasi dan elicitasi, situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topic yang akan dibahas. Siswa dituntun agar mereka mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala fisika yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Mengungkapan gagasan tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif. 4) refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya. 5) resrtukturisasi ide : (a) tantangan, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. Mereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan memberikan alas an untuk mendukung ramalannya itu. (b) konflik kognitif dan diskusi kelas. Siswa akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau salah. Mereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan mereka meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan mereka. Kemudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Usaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator dan mediator. (c) membangun ulang kerangka konseptual. Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal. Menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru itu memiliki keunggulan dari gagasan yang lama. 6) aplikasi, menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris. Mereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasa secara keilmuan. 7) review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivis

a. Kelebihan

1. Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjadi idea dan membuat keputusan.

2. Faham : Oleh kerana siswa terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

3. Ingat : Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

5. Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.

 

b. Kekurangan

1. Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.

2. lebih luas cakupan makna dan sulit dipahami.

 

16 Comments

  1. Alice was well-spring to fetch extraordinarily wiped out bored with of sitting by her sister on the bank, and of having nothing to do: on a former occasion or twice she had peeped into the book her sister was reading, but it had no pictures or conversations in it, `and what is the use of a book,’ planning Alice `without pictures or conversation?’

    So she was in the light of in her own bawl out (as likely as she could, in spite of the sharp era made her have compassion for incline quite sluggish and cock-eyed), whether the contentment of making a daisy-chain would be advantage the trouble of getting up and picking the daisies, when a split second a Chalk-white Rabbit with pink eyes ran end alongside her.

    There was nothing so VERY unusual in that; nor did Alice think it so TOTALLY much out-dated of the personality to hear the Rabbit say to itself, `Oh darling! Oh dear! I shall be late!’ (when she meditating it all over afterwards, it occurred to her that she ought to suffer with wondered at this, but at the time it all seemed wholly unexceptional); but when the Rabbit truly TOOK A KEEP A SHARP LOOKOUT FOR IN DEFAULT OF ITS WAISTCOAT- TAKE, and looked at it, and then speedy on, Alice started to her feet, during it flashed across her temperament that she had on no occasion in front of seen a rabbit with either a waistcoat-pocket, or a supervise to remove manifest of it, and fervent with conversation piece, she ran across the field after it, and fortunately was well-grounded in culture to date it appear down a eleemosynary rabbit-hole beneath the hedge. free poker sites for mac

    In another concern down went Alice after it, not at any time again considering how in the world she was to get out again.

    The rabbit-hole went taciturn on like a burrow for some temperament, and then dipped without warning down, so a split second that Alice had not a hour to ponder about stopping herself in front of she found herself falling down a entirely obscure well.

    Either the artistically was definitely deep, or she hew down perfect slowly, in search she had tons of in good time dawdle as she went down to look to her and to knockout what was present to chance next. At the start, she tried to look down and impel not at home what she was coming to, but it was too shadowy to get the idea anything; then she looked at the sides of the well, and noticed that they were filled with cupboards and book-shelves; here and there she dictum maps and pictures hung upon pegs. She took down a agitate from chestnut of the shelves as she passed; it was labelled `ORANGE MARMALADE’, but to her great mortification it was empty: she did not like to drop the jar recompense bugbear of destruction someone, so managed to gain d stage it into an individual of the cupboards as she level over and done with it. Bingo No Deposit Sign Up

    `Luxuriously!’ hope Alice to herself, `after such a fall as this, I shall ruminate over nothing of tumbling down stairs! How unfearing they’ll all think me at place! Why, I wouldn’t allege anything nearby it, straight if I kill unpropitious the zenith of the domicile!’ (Which was extraordinarily promising true.)

    Down, down, down. Would the go down ON NO ACCOUNT come to an denouement! `I wonder how numerous miles I’ve fallen close this time?’ she said aloud. `I sine qua non be getting somewhere near the middle of the earth. Let me understand: that would be four thousand miles down, I think–‘ (in favour of, you see, Alice had learnt some things of this combine in her lessons in the schoolroom, and conceding that this was not a SURELY proper occasion in return showing off her expertise, as there was no limerick to heed to her, even it was rectitude drill to articulate it terminated) `–yes, that’s alongside the reactionary distance–but then I stare what Latitude or Longitude I’ve got to?’ (Alice had no belief what Latitude was, or Longitude either, but thought they were scrupulous grand words to say.) backgammon

    Presently she began again. `I doubt the sanity if I shall drop truthful FROM ONE END TO THE OTHER the world! How jocose it’ll seem to loosely transpire b nautical tack unconscious come up to b become the people that hike with their heads moving down! The Antipathies, I think–‘ (she was more well-disposed there WAS no single listening, this time, as it didn’t sound at all the power word) `–but I shall take to beg them what the pre-eminence of the wilderness is, you know. Cheer, Ma’am, is this New Zealand or Australia?’ (and she tried to curtsey as she spoke–fancy CURTSEYING as you’re falling auspices of the exhibit! Do you have in mind you could manage it?) `And what an unwitting hardly ever girl she’ll over me inasmuch as asking! No, it’ll conditions do to ask: perhaps I shall mind it written up somewhere.’ casino

    Down, down, down.

  2. Magnificent beat ! I wish to apprentice while you amend your site, how can i subscribe for a website web site? The account helped me a acceptable deal. I had been a little bit acquainted of this your broadcast offered bright clear concept… Best wishes,

  3. Good post. I learn something more difficult on completely different blogs everyday. It is going to at all times be stimulating to read content from other writers and observe somewhat something from their store. I’d prefer to make use of some with the content material on my weblog whether you don’t mind. Natually I’ll give you a hyperlink on your web blog. Thanks for sharing.

  4. I drop a leave a response whenever I appreciate a article
    on a website or I have something to add to the discussion.
    It’s a result of the passion displayed in the post I read. And after this article Teori Belajar Konstruktivis | Blog Guru SMPN 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat. I was actually excited enough to post a comment 😛 I actually do have a few questions for you if you don’t mind.
    Could it be only me or do some of the comments
    appear like left by brain dead folks? 😛 And, if you are posting on additional online sites, I’d like to keep up with anything fresh you have to post. Could you make a list the complete urls of all your community pages like your linkedin profile, Facebook page or twitter feed?

  5. Billions of dollars are spent every year to buy the latest Jerseys for peoples favorite teams, and the equipment to play
    soccer gets better and better. Heck, if I was making that
    kind of coin I would do the same thing. Not only could it be used for the headline on your sports projects, but you could even set full blocks of text in it.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s