Assalamu’alikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh
Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Hubungan antara pemeluk Islam dan Kristen dalam sirah nabawiyah cukup unik, khususnya kalau dibandingkan dengan di masa sekarang ini, khususnya dalam kontek bangsa Indonesia.
Di masa Rasulullah SAW, umat kristiani umumnya digambarkan punya kedekatan khusus, dibandingkan dengan umat Yahudi yang sama-sama ahli kitab. Apalagi dibandingkan dengan bangsa Arab Musyrikin Mekkah, yang teramat besar permusuhannya.
Kalau kita telurusi sejarah Rasulullah SAW dan para shahabat, maka akan kita temukan bahwa banyak sekali kejadian yang menunjukkan betapa dekatnya para pemeluk agama masehi dengan umat Islam. Marilah kita simak point-point berikut ini tentang kedekatan Nasrani dengan umat Islam dalam sirah nabawiyah.
1. Kesaksian Al-Quran
Al-Quran sejak awal membedakan karakteristik hubungan umat Islam dengan Yahudi dibandingkan dengan Nasrani. Yahudi disebutkan punya hubungan yang keras kepada umat Islam. Sebaliknya, Nasrani justru punya hubungan yang jauh lebih baik. Al-Quran menggunakan istilah aqrabahum mawaddatan, yaitu yang paling dekat kecintaannya.
Silahkan simak ayat ke-82 dari surat Al-Maidah berikut ini :
لتجدن أشد الناس عداوة للذين آمنوا اليهود والذين أشركوا ولتجدن أقربهم مودة للذين آمنوا الذين قالوا إنا نصارى
Artinya:
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”.. (QS. Al-Maidah : 82)
2. Nasrani Sudah Mengenal Ciri Muhammad Dalam Injil
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya:
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 146)
3. Pendeta Buhaira Melindungi Rasulullah SAW
Buhaira adalah seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib Kristen Nestorian. Ia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria).
Dia melihat tanda-tanda kenabian Muhammad, ketika menjamu kafilah dagang pimpinan Abu Thalib yang melewati wilayah tempat tinggalnya. Awan yang selalu mengikuti kemana kafilah bergerak telah membuat Buhaira penasaran, sebab itu adalah salah satu ciri seorang nabi.
Maka diundanglah Abu Thalib ke rumahnya untuk dijamu, semua anggota rombongan diminta masuk ke rumahnya. Namun awan yang bergayut di awat unta-unta yang sedang istirahat tidak ikut masuk. Barulah setelah diri Muhammad SAW yang saat itu masih kecil dibawa masuk, awannya ikut bergerak ke atas rumah Buhaira.
Semakin yakinlah Buhaira atas kenabian Muhammad nanti. Apalagi setelah ditemukannya tanda kenabian di tubuh Nabi Muhammad SAW yang masil kecil saat itu.
Buhaira berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik bani Israel. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.
4. Kemenangan Nasrani Membahagiakan Umat Islam
Ketika berkecamuk perang antara Romawi dan Persia di masa kenabian, ternyata keberpihakan Rasulullah SAW dan para shahabat adalah mendukung kemenangan bangsa Romawi yang nota-bene pemeluk agama Nasrani. Bahkan ketika akhirnya Romawi menang atas Persia, beliau SAW dan para shahabat berbahagia atas kemenangan itu.
Hal ini dengan jelas ditegaskan di dalam Al-Quran Al-Karim, khususnya ayat berikut ini :
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
Artinya:
Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (QS. Ar-Ruum : 4)
Padahal bangsa Romawi tidak lain adalah bangsa kristen. Bahkan menjadi pusat agama kristen di dunia. Ibu kotanya saat itu adalah Al-Quds Paletina, tempat Kaisar Heraclius bertahta.
5. Raja Kristen Najasyi Melindungi Shahabat Yang Hijrah ke Negerinya
Salah satu momen penting dalam kegentingan sejarah Nabi SAW adalah tatkala beliau tidak punya tempat berlindung yang aman, baik di Mekkah, Thaif atau negeri lainnya. Satu-satunya negeri yang menjanjikan keamanan adalah Habayshah, sebuah kerajaan kristen di bawah pimpinan Raja Najasyi, yang juga seorang pemeluk agama masehi (Kristen) yang fanatik.
Maka Rasulullah SAW berinisiatif untuk mengirim para shahabat berhijrah ke Habasyah. Barangkali untuk format berpikir umat Islam Indonesia hari ini, inisiatif mengirim shahabat hijrah ke kerajaan kristen agak aneh dan tidak masuk akal.
Masak hijrah ke negeri kristen? Bukankah kristen itu musuh yang harus diperangi?
Ternyata justru beliau SAW malah mencari perlindungan kepada raja Najasyi yang 100% Kristen tulen. Dan benar dugaan beliau, sesampainya di Habasyah, rombongan para shahabat yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib diterima dengan tangan terbuka.
Bahkan disebutkan bahwa Najasyi bukan hanya menerima para shahabat dengan hangat, tetapi juga menerima risalah yang datang kepada Rasulullah SAW, dengan cara dia masuk Islam. Al-Quran merekam peristiwa ini dengan menyebutkan kisah Najasyi yang berlinang air mata setelah diperdengarkan ayat-ayat Al-Quran terkait dengan fakta sejarah kelahiran nabi Isa ‘alaihissalam.
وإذا سمعوا ما أنزل إلى الرسول ترى أعينهم تفيض من الدمع مما عرفوا من الحق يقولون ربنا آمنا فاكتبنا مع الشاهدين
Artinya:
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi. (QS. Al-Maidah : 83)
6. Perlindungan Dari Penjaga Kebun Anggur di Thaif
Tatkala Rasulullah SAW sudah kehabisan akal untuk mendapatkan pengikut dakwah di Mekkah, muncul ide untuk mengalihkannya ke Thaif. Sayangnya, sebelum beliau SAW tiba kesana, utusan dari pemuka Mekkah telah menghasud penduduknya untuk mengusir beliau SAW.
Akibatnya, bukan sambutan hangat yang diterima melainkan sambitan batu. Bahkan anak-anak pun ikut pula melempari tubuh beliau dengan batu-batu Thaif. Luka dan memar di sekujuh tubuh beliau saat menyelamatkan diri masuk ke sebuah perkebunan anggur.
Pemilik kebun anggur seorang Yahudi. Dia menyuruh tukang kebunnnya yang bernama Addas untuk membawakan setangkai anggur kepada Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW menerima anggur tersebut, beliau SAW mengucapkan “alhamdulillah”, dan sebelum memakannya beliau membaca “bismilahir rahmanirahim”.
Addas merasa heran karena yang diucapkan tadi sama dengan yang sering diucapkan olehnya. Ia belum pernah mendengar penduduk Thaif mengucapkannya. Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat Al-Quran yang berisi tentang kisah Nabi Yunus. Addas sangat terharu kemudian tanpa ragu-ragu ia menyatakan masuk Islam.
7. Surat Nabi SAW Kepada Kaisar Heraklius
Ketika diajak masuk Islam lewat surat resmi yang dikirimkan melalui utusan Rasulullah SAW, Kaisar Heraklius penguasa Kerajaan Romawi memang tidak sampai memeluk Islam. Dengan seksama dia mempelajari agama Islam, sampai mendatangkan Abu Sufyan bin Al-Harb ke Al-Quds di Palestina.
Hasil investigasi dan penelitiannya jelas sekali bahwa semua ciri kenabian memang ada pada diri Rasulullah SAW. Namun karena Islam memang tidak memaksa orang memeluk Islam, Rasulullah SAW tetap menyerahkan pilihan sepenuhnya kepada diri Kaisar sendiri, mau masuk Islam atau tidak masuk Islam tetapi berdamai.
Heraklius ternyata lebih memilih untuk tidak masuk Islam tetapi suka hidup dengan berdamai, hidup berdampingan dan saling menghormati dengan umat Islam yang semakin hari semakin kuat.
Ini berbeda dengan sikap Kisra penguasa Persia. Saat menerima surat ajakan masuk Islam dari Rasulullah SAW, dia merobek-robek surat itu. Ini menujukkan bahwa Kisra bukan hanya tidak mau masuk Islam, tetapi juga mengajak untuk perang secara terbuka kepada dakwah Islam.
8. Petinggi Kristen Palestina Menyerahkan Negerinya Kepada Umat Islam
Kisah ini memang bukan di masa Nabi melainkan di masa Khalifah Umar, tetapi tetap masih ada benang merahnya. Ketika mengetahui bahwa pasukan muslimin telah berhasil menaklukkan wilayah-wilayah utara, timur dan selatan Jurusalem, maka para petinggi gereja di Jurusalem sepakat untuk menyerahkan Palestina kepada Umar bin Al-Khaththab.
Uskup Agung Jurusalem, Patriarch Sophronius, akan menyerahkan pusat ibukota Kerajaan Nasrani itu beberapa syarat, yaitu, penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan, pasukan Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar diminta datang ke Yerusalem untuk serah-terima “kunci kota”. Abu Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang ada.
Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar, beliau pun segera menuju Jerusalem. Masyarakat kota Jurusalem terkejut ketika menyaksikan sosok Umar bersahaja. Awalnya mereka menyangka yang naik di punggung unta adalah Umar. Ternyata justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar. Rupanya keduanya bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar tidak egois membiarkan pengawalnya kelelahan. Kejadian ini menambah kagum penduduk Jurusalem terhadap pemimpin barunya. Apalagi, Umar hanya memakai pakaian lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar untuk sholat.
Sesampainya di kota, Umar disambut Uskup Patriarch. Umar diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja Makam Suci kala waktu Zhuhur tiba. Maksudnya, Umar dipersilakan shalat dulu di gereja itu. Namun, hal tersebut ditolak Umar.
“Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat di luar,” ucap Umar yang tetap menghormati pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan Islam.
Ketika Umar meminta diantar ke bekas Kuil Sulaiman, dia mendapati reruntuhan itu tidak terawat. Ada banyak kotoran dan timbunan sampah. Umar dan shahabat lainnya membersihkan tempat itu dan menjadikannya tempat shalat. Ke depannya, di tempat ini berdiri sebuah masjid atas perintah Umar. Masjid itu dinamai dengan Masjid Umar.
Sumber: Rumahfiqih