Tata Cara Berwudhu


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

File Download : e-carawdh-pdf.zip

Wudhu menurut bahasa, berasal dari kata Al_Wadha’ah yang berarti kebersihan dan kecerahan. Kata wudhu’ dengan men-dhamah-kan huruf waw adalah perbuatan wudhu’, sedangkan dengan men-fathah-kan huruf waw (wadhu’) berarti air untuk berwudhu’. [Lihat Fairuz Abadi, Al_Qamus Al_Muhith (I/33); Mukhtar Ash_Shahihah, hal. 575; dan Al_Majmu’ (I/355)]

Menurut istilah, wudhu’ adalah penggunaan air untuk anggota-anggota tubuh tertentu – yaitu wajah, dua tangan, kepala, dan dua kaki – untuk menghilangkan apa yang menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat dan ibadah yang lain.

Wudhu disyariatkan berdasarkan dalil_dalil Alquran, sunnah, dan ijma (kesepakatan para ulama).

Menurut Alquran, Allah Ta’ala berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [QS. Al_Maidah (5): 6]

[403]  Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.

[404] Artinya: menyentuh. menurut Jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian Mufassirin ialah: menyetubuhi. [Lihat Al_Qur’an dan Terjemahnya, hal. 158-159]

Menurut sunnah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan diterima shalat salah seorang di antara kalian apabila ia berhadats, hingga ia berwudhu.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhary dan Muslim dari Abu Hurairah]

Adapun menurut ijma, Ibnu Al_Mundzir mengatakan bahwa para ulama umat ini telah sepakat, tidak sah shalat tanpa bersuci, jika ia mampu untuk melakukannya. [Lihat Kitab Al_Ausath karya Ibnu Al_Mundzir, , hal. 1/107]

Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Mau Download Klik: kiat_ramadhan.zip

Saudara dan saudariku seiman, sebelumnya saya ucapkan: Salamullah ‘Alaikum wa Rahmatullah wa Ba-rakaatuh, wa ba’du;

Saya layangkan risalah kecil ini dengan penuh rasa rindu disertai penghormatan yang tulus, tercurah dari lubuk hati paling dalam yang sangat mencintai kamu sekalian karena Allah. Saya memohon kepada Allah semoga kita semua dipertemukan oleh-Nya di dalam Surga yang penuh kemulian dan rahmat.

Seiring dengan datangnya bulan Ramadhan, saya persembahkan nasihat ini sebagai hadiah yang tak seberapa nilainya. Saya mohon saudara dan saudariku sekalian dapat menerimanya dengan dada yang lapang sekaligus saya harapkan nasihat saudaraku sekalian untukku. Semoga Allah memelihara kita semua.

Bagaimana Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan?
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi ma-nusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al-Baqarah:185)

Saudaraku yang mulia!
Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya dengan berbagai keistimewaan dan keutamaan. Di antaranya:

  • Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.
  • Para malaikat memohonkan ampunan bagi orang yang berpuasa hingga berbuka.
  • Setiap hari bulan Ramadhan Allah menghiasi Surga-Nya seraya berkata: “Hampir tiba saatnya para hamba-hambaku yang shalih melepaskan segala beban dan gangguan serta segera menuju engkau (Surga)!”
  • Para setan dibelenggu.
  • Dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka.
  • Di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
  • Akan diberi pengampunan bagi orang yang berpuasa pada malam terakhir bulan Ramadhan.
  • Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari Neraka pada setiap malam bulan Ramadhan.

Wahai saudaraku yang mulia!
Demikianlah sekilas mengenai keistimewaan bulan Ramadhan, lalu bagaimana kita menyambutnya? Apakah dengan permainan-permainan yang melalaikan? Dengan begadang setiap malam? Ataukah kita kesal dengan ke-datangannya dan merasa keberatan? Na’udzubillah min dzalik.

Seyogyanya seorang hamba yang shalih menyam-butnya dengan taubat nashuha disertai tekad yang bulat untuk meraih sebanyak-banyaknya kebaikan di bulan suci ini. Mengisi waktunya dengan amal-amal shalih. Dan tidak lupa selalu memohon kepada Allah agar menolong kita dalam melaksanakan ibadah dengan baik.

Lembaran-lembaran berikut saya peruntukkan khusus bagi saudara-saudaraku yang mulia. Semoga bermanfaat…amiin…!

Download Buku: Itikaf


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Silakan Download File Di sini: itikaf-rtf.zip

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Yang memuliakan orang-orang yang ta’at, Yang mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat. Shalawat dan salam atas Imam orang-orang yang bertaqwa dan sebaik-baik ahli ‘ibadah, Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam, wa ba’du:

Allah telah memuliakan umat ini dan memberikan karunia kepadanya dengan mendatangkan musim-musim yang penuh dengan kebaikan, pahala yang berlipat di dalamnya, yang mampu menyentuh hati serta mendorong manusia berbondong-bondong menyongsongnya untuk melakukan amal yang sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, orang yang hatinya hidup dalam menyongsong panggilan Allah dan memiliki semangat yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk mendapatkan keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya; dan ini merupakan bekal yang amat mulia. Allah berfirman: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna.(88) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “ (89). [Q.s., asy-Syu’araa’:88-89]. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad”. (H.R.Muslim).

Salah satu dari musim-musim itu adalah bulan Ramadlan yang merupakan bulan penuh rahmat, bulan ‘ibadah dalam rangka mengoleksi pahala.

Dari bulan ini, terdapat suatu malam yang pahalanya lebih dari amal seribu bulan, yaitu Lailatul Qadr. Ia adalah malam yang penuh misteri untuk menggapainya, karena dalam banyak nash yang terkait dengan hal itu, tidak disebutkan secara spesifik kapan terjadinya walaupun di kalangan ulama, seperti Syaikhul Islam Ibn Taimiyah –berdasarkan beberapa dalil- menguatkan malam mulia itu terjadi pada malam ke dua puluh tujuh Ramadlan. Untunglah –atas hikmah Allah- terdapat penegasan bahwa ia ada pada sepuluh hari terakhir (al-Asyrul Awâkhir) dari bulan Ramadlan tersebut, lebih tepatnya lagi di malam-malam ganjil.

Tentunya kemisteriusan ini mengandung hikmah yang banyak sekali, diantaranya agar kaum Muslimin tidak hanya memfokuskan ‘ibadah hanya pada satu hari yang dinyatakan sebagai malam mulia itu sehingga spirit untuk beribadah tetap tinggi, khususnya pada sepuluh hari terakhir tersebut, terlebih lagi di malam-malam ganjilnya yang dipastikan Lailatul Qadr itu akan dapat diraih –atas idzin Allah-.

Dalam pada itu, banyak pula hadits-hadits yang mengungkapkan kriteria malam itu, intinya bahwa suasananya tidak seperti malam-malam biasa.

Bagi banyak kaum Muslimin, khususnya mereka yang memiiliki semangat ibadah yang tinggi guna meraih keridlaan Allah dan pahala berlipat akan selalu menyemarakkan bulan Ramadlan dengan ibadah-ibadah sejak dari datangnya bulan yang berkah ini, khususnya lagi pada sepuluh hari terakhirnya tersebut.

Dan salah satu upaya untuk lebih memfokuskan diri di dalam meraih Lailatul Qadr tersebut dan hampir dapat dipastikan bakal diraih bila diiringi dengan kesungguhan dan niat yang ikhlash adalah dengan cara melakukan i’tikaf.

I’tikaf merupakan ‘madrasah’ keimanan dan pendidikan serta salah satu syi’ar dari petunjuk Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam. Ia merupakan sarana bagi seorang hamba di dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan menyendiri bersama dirinya sendiri, menghabiskan waktunya dari satu ibadah ke ibadah yang lain. Tentunya, ia merupakan sarana yang tepat di dalam menambah keimanan dan berbuat kebajikan. Oleh karena itu, alangkah pantas dan layaknya kita untuk berantusias di dalam meraih kesempatan ini di dalam jalan menuju realisasi peribadahan kita kepada Allah dan penghambaan manusia terhadap Rabb manusia.

Dalam buku ini, penulisnya memaparkan secara panjang lebar tentang masalah I’tikaf dan kiranya –sepanjang yang kami ketahui- merupakan yang terlengkap dalam masalah terkait.

Indikasinya, bahwa tidak hanya dipaparkan pendapat-pendapat madzhab, tetapi juga sisi bahasa dan dalil-dalil dari nash-nash yang akurat plus pengarahan dan penjelasan sisi pendalilannya bila ia berupa nash al-Qur’an dan penilaian terhadap kualitasnya bila ia berupa hadits, baik dari sisi sanad maupun matan. Tidak hanya itu, penulis juga menanggapi dalil-dalil tersebut secara ilmiah, kritis dan objektif sehingga menambah kelengkapannya.

Semoga buku ini dapat bermanfa’at bagi para pembacanya dan menjadi perbendaharaan amal kelak di akhirat bagi penulisnya, amin.

Kemusyrikan menurut Mazhab Imam Syafi’i


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Silakan Download Filenya Di sini  : musyrik-rtf.zip

Apabila seseorang menyembah kepada sesama makhluk, selain Allah, sementara makhluk yang disembah itu tidak dapat memberinya manfaat maupun menimpakan bahaya, tetapi ia dijadikan sebagai sesembahan yang ditaati, padahal ia adalah sama-sama makhluk seperti juga yang menyembah, yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa, bahkan terkadang yang disembah itu lebih rendah martabatnya daripada yang menyembah, seperti sapi betina, pohon, batu dan lain-lain; maka apakah layak seorang manusia yang diberi akal dan terhormat melakukan hal seperti itu? Itulah kemusyrikan.

Hukum dan Hakikat Gambar


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Download File Klik Di sini: gambar-rtf.zip

Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam beberapa sabda beliau, baik yang tertulis dalam Sunan, Musnad dan ash-Shihah yang menunjukkan diharamkannya gambar makhluk yang bernyawa, baik berwujud manusia atau selainnya. Sehingga kita dianjurkan dan diperintahkan untuk memusnahkan gambar-gambar tersebut bahkan para tukang gambarnya mendapatkan laknat dan mereka termasuk seberat-berat manusia yang akan mendapatkan siksa pada hari kiamat kelak.

40 Nasehat Memperbaiki Rumahtangga


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

File Download : e-40nasehat-pdf.zip

Rumah Adalah Nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal.” (An-Nahl : 80)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kesempurnaan nikmatNya atas hambaNya, dengan apa yang Dia jadikan bagi mereka rumah-rumah yang merupakan tempat tinggal mereka. Mereka kembali kepadanya, berlindung dan memanfaatkannya dengan berbagai macam manfaat”1.

Banyak sekali kegunaan rumah bagi seseorang. Ia adalah tempat makan, tidur, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga, isteri dan anak-anak, juga tempat melakukan kegiatan yang paling pribadi dari masing-masing anggota keluarga. Allah berfirman :
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (Al-Ahzab :33)

Jika kita renungkan keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah, yakni orang-orang yang hidup di pengasingan, di emper-emper jalan serta para pengungsi yang terusir di perkemahan-perkemahan sementara, niscaya kita memahami benar nikmatnya ada di rumah.

Tentu kita akan terenyuh dan haru mendengar orang misalnya dia mengatakan : “Saya tidak punya tempat tinggal tetap, terkadang saya tidur di rumah si Fulan, terkadang di kedai kopi, kebun atau di pantai, lemari bajuku ada di dalam mobil.”Dengan demikian kitapun akan memahami makna keberserakan karena tidak memiliki tempat tinggal atau rumah.

Ketika Allah menyiksa orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Allah mengambil dari mereka nikmat rumah ini, Allah mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Allah berfirman : “Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung_kampung pada saat pengusiran pertama kali.”(Al-Hasyr:2)

Kemudian firmanNya : “Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (Al-Hasyr : 2)

Pendidikan Anak Dalam Islam


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

File Download : e-didikanak-pdf.zip

Dan orang_orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri_isteri kami dan keturunan kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” ( QS. Al-Furqan : 74 )

Hai orang_orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6 ).

“Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)

Pendahuluan
Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: “Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya” .

Dan elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan. Namun, yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia adalah sendi yang menjadipusat segala elemen kekuatan lainnya. Tak mungkin senjata dapat dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli dan pandai menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan menjadi mubadzir tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.

Dari titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu, pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air.

Sepatutnya umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai predikat “umat terbaik”, sebagaimana dinyatakan Allah ‘Azza Wa lalla dalam firman-Nya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dariyang munkar… “. (Surah Ali Imran : 110).

Dan agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang beritakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : “Hampir saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang_orang yang sedang makan berkerumun disekitar nampan.”. Ada seorang yang bertanya: “Apakah karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?” Jawab beliau: “Bahkan kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian”. Seorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?” Jawab beliau: “Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati”.

Hukum merayakan Maulid Nabi


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Download File Di sini: maulid-rtf.zip

Al-Hafidz Ash-Sakhowi dalam fatwanya mengatakan: “ memperingati hari kelahiran Nabi Shollallohu alaihi was sallam tidak pernah dinukil dari seorangpun kalangan as-salaf ash-sholih (para pendahulu dari kalangan sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka) hingga sekitar tahun 300-an Hijriah, akan tetapi perbuatan itu diketemukan setelah tahun tersebut”.

Dengan demikian ada soal penting yang perlu dijawab yaitu: “Kapan perbuatan ini pertama kali terjadi? Dan siapa yang pertama kali melakukannya? Apakah dari kalangan ulama, atau hakim atau raja-raja yang merupakan penerus-penerus ahli sunnah dan orang-orang yang mengikuti mereka? Atau orang lain di luar mereka? Dapatkan keterangan yang jelas tentang hal ini segera!

Nama-Nama Islami Untuk Anak Perempuan


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

File Download : puteri-pdf.zip

Nama adalah jatidiri seseorang yang dengannya dia dikenal. Dan bila ia adalah sebutan yang baik maka siapapun akan menyukainya, begitu pula sebaliknya. Dienul Islam, memberikan perhatian khusus tentang hal ini.

Mengenai pemberian nama, terdapat riwayat yang masih diperselisihkan para ulama hadits kualitasnya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda’: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil dengan nama kamu dan nama bapakmu pada Hari Kiamat nanti, maka dari itu pilihlah nama-nama yang baik bagimu”.

Diantara ulama hadits ada yang mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah); pendapat ini lebih kuat karena berdasarkan penelitian dan studi kritik hadits, ada juga yang mengatakan jayyid (bagus); seperti yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkaar, ada yang mengatakan hasan (di bawah kualitas shahih); seperti Ibnul Qoyyim.

Terlepas dari polemik tentang kualitas hadits tersebut, namun ada hadits lain yang shahih yang dapat disimpulkan mengarah ke makna tersebut : diantaranya;

a). Diriwayatkan dari al-Musayyib bin Hazn dari kakeknya yang berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “siapa namamu?”. ‘Hazn!’ (artinya; sedih-red) jawabku. Beliau bersabda: “tidak, namamu adalah Sahal سهل “. (artinya: Mudah-red). Kakekku berkata: ‘aku tidak akan merubah nama pemberian orangtuaku!. Sa’id bin al-Musayyib berkata: ‘Kami terus dirundung kesedihan sejak saat itu sampai sekarang” (H.R.Bukhari).

b). Diriwayatkan dari Muthi’ bin al-Aswar bin Haritsah, ia berkata: ‘saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat penaklukan kota Mekkah:”Tidak akan ada seorang Quraisy pun yang dibunuh secara keji setelah hari ini sampai hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang memeluk Islam dari kalangan orang jahat Quraisy kecuali Muthi’ مطيـع “. Nama aslinya adalah al-‘Aash (artinya: pelaku maksiat-red) lalu Rasulullah mengganti nama tersebut menjadi Muthi’ (artinya: Orang yang taat/patuh-red). (H.R. Muslim).

Oleh karena itu kita harus menghindarkan nama-nama yang jelek dan tidak Islami seperti nama yang ke-Barat-baratan.
Dapat disimpulkan dari hadits-hadits yang ada bahwa kita dianjurkan memberi nama anak dengan nama-nama yang baik dan apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut nampaknya hanya sebagai contoh saja dan spontanitas yang dialami oleh Rasulullah dimana, ketika beliau menjumpai nama yang tidak bagus lantas, menggantinya dengan yang bagus. Dalam hadits-hadits tersebut, dijelaskan bahwa nama yang paling disukai oleh Allah adalah ‘Abdullah dan Abdurrahman. (H.R.Muslim). Para ulama menyimpulkan bahwa penyebutan hanya dengan dua nama tersebut bukan dimaksudkan sebagai pembatasan. Karenanya boleh memberikan nama dengan Asma-Asma Allah lainnya akan tetapi dengan menambahkan kata ” ‘Abdu” di depannya.

Kriteria dalam memberi nama
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memberi nama, yaitu (1). Hendaklah memilih nama yang baik; (2). Memilih nama yang paling disukai atau mendekatinya; (3). Menjauhi nama_nama yang tidak disukai; dan (4). Tidak menamakan dengan nama_nama yang berindikasi syirik, seperti nama_nama sesembahan selain Allah; ‘Abdun Nabi, Abdu ‘Ali, ‘Abdul Ka’bah, Malikul mulk, Sayyidun Nas, Sayyidul Kulli, dan lain_lain.

Waktu pemberian nama
Waktunya adalah pada hari ketujuh dari kelahiran anak berdasarkan hadits Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap anak tergadai dengan ‘aqiqahnya, yang harus disembelih pada hari ketujuh setelah kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama”. (H.R.Abu Daud).

Nama-Nama Islami Untuk Anak Laki-Laki


Perhatian: Sebelum mendownload file di bawah ini, maka penting untuk mengisi “Buku Tamu” terlebih dahulu atau tinggalkan komentarnya. jzklh

Download File : putera-pdf.zip

Nama adalah jatidiri seseorang yang dengannya dia dikenal. Dan bila ia adalah sebutan yang baik maka siapapun akan menyukainya, begitu pula sebaliknya. Dienul Islam, memberikan perhatian khusus tentang hal ini.

Mengenai pemberian nama, terdapat riwayat yang masih diperselisihkan para ulama hadits kualitasnya, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda’: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil dengan nama kamu dan nama bapakmu pada Hari Kiamat nanti, maka dari itu pilihlah nama-nama yang baik bagimu”.

Diantara ulama hadits ada yang mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah); pendapat ini lebih kuat karena berdasarkan penelitian dan studi kritik hadits, ada juga yang mengatakan jayyid (bagus); seperti yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkaar, ada yang mengatakan hasan (di bawah kualitas shahih); seperti Ibnul Qoyyim.

Terlepas dari polemik tentang kualitas hadits tersebut, namun ada hadits lain yang shahih yang dapat disimpulkan mengarah ke makna tersebut : diantaranya;

a).  Diriwayatkan dari al-Musayyib bin Hazn dari kakeknya yang berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “siapa namamu?”. ‘Hazn!’ (artinya; sedih-red) jawabku. Beliau bersabda: “tidak, namamu adalah Sahal سهل “. (artinya: Mudah-red). Kakekku berkata: ‘aku tidak akan merubah nama pemberian orangtuaku!. Sa’id bin al-Musayyib berkata: ‘Kami terus dirundung kesedihan sejak saat itu sampai sekarang” (H.R.Bukhari).

b).  Diriwayatkan dari Muthi’ bin al-Aswar bin Haritsah, ia berkata: ‘saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada saat penaklukan kota Mekkah:”Tidak akan ada seorang Quraisy pun yang dibunuh secara keji setelah hari ini sampai hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang memeluk Islam dari kalangan orang jahat Quraisy kecuali Muthi’ مطيـع “. Nama aslinya adalah al-‘Aash (artinya: pelaku maksiat-red) lalu Rasulullah mengganti nama tersebut menjadi Muthi’ (artinya: Orang yang taat/patuh-red). (H.R. Muslim).

Oleh karena itu kita harus menghindarkan nama-nama yang jelek dan tidak Islami seperti nama yang ke-Barat-baratan.
Dapat disimpulkan dari hadits-hadits yang ada bahwa kita dianjurkan memberi nama anak dengan nama-nama yang baik dan apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut nampaknya hanya sebagai contoh saja dan spontanitas yang dialami oleh Rasulullah dimana, ketika beliau menjumpai nama yang tidak bagus lantas, menggantinya dengan yang bagus. Dalam hadits-hadits tersebut, dijelaskan bahwa nama yang paling disukai oleh Allah adalah ‘Abdullah dan Abdurrahman. (H.R.Muslim). Para ulama menyimpulkan bahwa penyebutan hanya dengan dua nama tersebut bukan dimaksudkan sebagai pembatasan. Karenanya boleh memberikan nama dengan Asma-Asma Allah lainnya akan tetapi dengan menambahkan kata ” ‘Abdu” di depannya.

Kriteria dalam memberi nama
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memberi nama, yaitu (1). Hendaklah memilih nama yang baik; (2). Memilih nama yang paling disukai atau mendekatinya; (3). Menjauhi nama_nama yang tidak disukai; dan (4). Tidak menamakan dengan nama_nama yang berindikasi syirik, seperti nama_nama sesembahan selain Allah; ‘Abdun Nabi, Abdu ‘Ali, ‘Abdul Ka’bah, Malikul mulk, Sayyidun Nas, Sayyidul Kulli, dan lain_lain.

Waktu pemberian nama
Waktunya adalah pada hari ketujuh dari kelahiran anak berdasarkan hadits Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap anak tergadai dengan ‘aqiqahnya, yang harus disembelih pada hari ketujuh setelah kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama”. (H.R.Abu Daud).