Terharuuu..! Beginilah Acara Pisah-Sambut Kepala SMP Negeri 10 Lahat


ACARA PISAH-SAMBUT KEPALA SMP NEGERI 10 LAHAT

IMG_20160816_091753.jpg

Bismillah Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Azza wa Jalla atas terselenggaranya acara pisah sambut-sambut Kepala SMP Negeri 10 Lahat, yaitu antara Ustadz Arif Hidayat, M.Pd.I dengan Ustadz Aidil Muslimin, S.Pd di Masjid Agung Al-Muttaqin Kabupaten Lahat.

Acara ini seyogyanya diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016, akan tetapi karena kesibukan Ustadz Arif Hidayat, M.Pd.I dan adanya Dinas Luar yang mendadak, maka acara ini baru dapat diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 16 Agustus 2016.

Baca lebih lanjut

Keutamaan Bulan Muharram (Syahrullah)


bulan muharramDalam agama Islam, perhitungan tahun baru Hijriyah, diawali dengan bulan Muharram yang dikenal oleh orang Jawa dengan sebutan bulan Suro. Dalam Islam bulan Muharram merupakan salah satu bulan diantara empat bulan yang dinamakan bulan haram.  Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala  :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِن أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. 9 : 36)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut ? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ . . . . .

”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab  ( HR.Bukhari  dan Muslim )

Baca lebih lanjut

Tiga Macam Hati Manusia


Hati adalah anugerah yang Allah subhanahu wa ta’ala karuniakan kepada manusia. Dengan hati manusia bisa mengenal dan mencintai Tuhannya, sekalipun telinga dan mata tiada sanggup meraih wujud_Nya. Baru di akhirat kelak, mata hamba-hamba Allah yang menjadi penghuni syurga berkesempatan untuk memandang wajah_Nya nan Agung dan Mulia.

Hati juga adalah pusat kebahagiaan. Bahagia atau sengsara bukan tergantung materi, gelar atau jabatan. Namun lebih tergantung pada seberapa besar ketenangan yang dirasakan oleh hati yang bersemayan di dalam dada.

Hati adalah saksi yang akan menyelamatkan atau membinasakan. Orang yang kembali kepada Allah dengan hati yang hidup berhak mendiami syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala befirman, ” Pada hari di mana tiada manfaat harta benda dan anak-anak, kecuali siapa yang datang dengan qalbun salim (hati yang selamat).” [QS. Asy_Syu’ara (26): 88-89]

Hati laksana cermin. Kita harus senantiasa tekun membersihkannya agar ia tetap bersih, terang, dan mengkilat. Hanya dengan membersihkan hati akan diraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Orang yang memiliki hati yang makin suci adalah orang yang paling mulia dalam pandangan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ” Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian dalam pandangan Allah adalah yang paling bertaqwa.” [QS. Al_Hujurat (49): 13] Dengan demikian, hakekat taqwa adalah hati yang suci.

Karena hati itu disifati dengan hidup dan mati, maka hati manusia bisa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Hati yang Sehat

Hati yang sehat dalam arti benar-benar hidup. Hanya orang yang membawa hati inilah yang bisa mendapatkan keselamatan pada hari kiamat kelak. Hati ini disebut qalbin salim (hati yang bersih dan sehat) karena sifat bersih dan sehat benar-benar telah menyatu dalam hatinya.

Qalbun salim adalah hati yang terbebas dari godaan syahwat yang mengajak kepada kedurhakaan terhadap perintah dan larangan Allah, dan terbebas dari ranjau syubhat (racun pemikiran) sehingga bisa menerima semua berita yang disampaikan oleh_Nya. Hati tersebut hanya memberikan penghambaan kepada_Nya semata dan memberikan ketaatan kepada Rasul_Nya semata. Oleh karena itu, jika hati tersebut mencintai, maka ia mencintai karena Allah. Dan jika ia membenci, maka ia membenci karena Allah. Jika ia memberi atau tidak memberi, maka semuanya karena Allah subhanahu wa ta’ala.

Hati itu merasa terikat kuat untuk mengikuti dan tunduk kepada Rasul_Nya, tidak kepada ucapan atau perbuatan siapapun. Rasul menjadi hakim bagi dirinya dalam segala hal.

Ada ulama salafush shalih yang mengatakan bahwa semua perbuatan, sekecil apapun akan dihadapkan kepada dua pertanyaan, yaitu mengapa dan bagaimana.

Pertanyaan pertama, membahas tentang sebab, motivasi atau pendorong untuk melakukan suatu perbuatan. Apakah dilakukan untuk tujuan jangka pendek untuk kepentingan pelakunya dan orientasinya dunia semata, agar mendapatkan pujian dari orang lain, atau khawatir dengan celaan mereka ataukah motivasinya adalah menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba Allah Ta’ala.

Pertanyaan kedua, membahas seberapa jauh kita mengikuti Rasul dalam melakukan amal ibadah tersebut. Dengan kata lain, apakah perbuatan tersebut dituntunkan atau tidak.

Dengan demikian, pertanyan pertama berkenaan dengan keikhlashan, sedangkan pertanyaan kedua berkenaan dengan sikap mengikuti tuntunan Rasul_Nya.

2. Hati yang Mati

Hati yang mati, tiada kehidupan di dalamnya. Hati tersebut tidak menganal Tuhannya dan tidak menyembah_Nya sesuai dengan perintah_Nya. Hati tersebut bahkan selalu menuruti keinginan dan kesenangan nafsu, meskipun mendapatkan murka dan kebencian Allah Ta’ala. Semua itu tidak diperdulikannya, yang penting keinginannya bisa terwujud, baik Allah ridho atau murka. Hawa nafsu adaah pemimpinnya, keinginan syahwat adalah komandonya, kebodohan adalah penuntunnya, dan kelalaian dari mengingat Allah adalah kendaraannya. Hati ini terbuai dengan pikiran untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata, mabuk oleh hawa nafsu, dan kesenangan sesaat.

3. Hati yang Sakit

Inilah hati yang hidup tetapi cacat, di dalamnya terdapat dua unsur yang saling tarik-menarik. Bila unsur kehidupan yang memenangkan pertarungan, maka terdapat di dalamnya kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlashan, dan tawakal kepada_Nya. Selain itu, di dalam hati ini juga terdapat rasa cinta kepada nafsu, dengki, sombong, bangga diri, dan lain sebaginya. Itulah unsur-unsur yang merusak hati.

Dengan demikian, dalam hati yang sakit terdapat dua penyeru, yang satu mengajak untuk taat kepada Allah dan Rasul_Nya, dan hari akhir. Sedangkan yang lain mengajak kepada kesenangan sesaat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa hati yang pertama selalu tawadhu, lemah lembut, dan sadar. Hati yang kedua adalah kering dan mati. Sedangkan hati yang ketika adalah hati yang sakit. Hati seperti ini bisa menjadi lebih dekat dengan keselamatan dan bisa jadi lebih dekat kepada kehancuran.

Akhir dari tulisan ini, penulis berwasiat untuk kita semua. Sebagai seorang muslim, tentunya kita mendambakan hati yang hidup, yang selalu tawadhu, lemah lembut dan sadar. Bukan hati yang sakit, apalagi – na’uzdubillah – hati yang mati. Hati yang hidup adalah sebuah anugerah yang besar dari Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang memiliki hati yang mati, maka ia sebenarnya telah mati sebelum waktunya, karena hidupnya di dunia ini tidak mengandung arti dan nilai lagi.

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala bagi penulis, pembacanya dan yang menyebarkannya. Dan semoga menjadi  jalan yang lurus agar kita senantiasa menata hati kita, sehingga menjadi qalbun salim. Aamiin .. !!

Penulis,
Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Palembang – Sumatera Selatan
2 Muharram 1429 H / 11 Januari 2008 M

Pacaran Dalam Islam [Kajian Analitis Terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta]


Writed By:  Ahmad Saefudin (Mahasiswa Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (QS. Ali Imran :14).

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

Tapi, cinta seperti apa yang mampu memberikan rasa indah dalam pandangan manusia? Apakah cinta dalam pacaran termasuk didalamnya?

Pacaran, sebenarnya bukan bahasa devinitif, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang sesuai dengan pengalaman sosio-kulturalnya. Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan. Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap. Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

Habiburrahman El-Shirazy berusaha mendiskripsikan etika berpacaran Islami dalam novel Best Sellernya; Ayat-ayat Cinta. Ini dapat dilihat dari berbagai sikap dan karakter tokoh-tokoh yang ada. Misalnya, ketika tokoh utama dalam cerita yaitu Fahri diajak berkenalan seorang wanita bule Amerika (Alicia) dengan mengajaknya bersalaman, namun ditolaknya secara halus tanpa sedikitpun menyinggung perasaannya.

“Ini bukan berarti saya tidak menghormati Anda. Dalam ajaran Islam, seorang lelaki tidak boleh bersalaman dan bersentuhan dengan perempuan selain istri dan mahramnya” Aku (Fahri) menjelaskan agar dia (Alicia) tidak salah paham.

Banyak lagi adegan dalam isi cerita yang intinya mendidik remaja muslim bagaimana bergaul dengan sesama, baik mahram maupun bukan mahramnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tetarik untuk mengkaji karya tulis dengan judul “Pacaran dalam Islam (kajian Analitis terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta)”.

B.  Alasan Pemilihan Judul
Alasan penulis memilih judul tersebut antara lain:
1. Habiburrahman El-Shirazy (pengarang novel Ayat-Ayat Cinta), menurut penulis telah memasukkan nilai-nilai islami bagi remaja muslim yang sedang mengalami masa pacaran.
2. Penulis ingin menganalisa sejauh mana batasan-batasan pacaran dalam islam yang ingin didakwahkan Habiburrahman El-Shirazy.
3. Relevansi judul dengan fenomena yang terjadi di kalangan remaja.

C.  Pembatasan Masalah
Untuk menghindari istilah-istilah yang kurang dipahami dan supaya pembahasan tetap fokus, maka penulis perlu membatasi pokok permasalahan yaitu:
1. Pacaran, yaitu berasal dari kata dasar pacar yang bermakna teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan yang berdasarkan cinta kasih. Berpacaran berarti bercintaan; berkasih-kasihan.
2. Islam, adalah agama yang diajarkan pleh Nabi Muhammad SAW.

D. Rumusan Masalah
Imbas dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah dalam karya tulis ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep pacaran dalam islam?
2. Bagaimana pemikiran Habiburrahman El-Shirazy tentang pacaran dalam islam?

E. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini antara lain:
1. Memahami konsep pacaran dalam islam.
2. Memahami pemikiran Habiburrahman El-Shirazy tentang pacaran dalam islam.

F. Metode Penulisan
Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan metode analisis filosofis yaitu prosedur pemecahan masalah melalui penyelidikan secara rasional dengan perenungan atau pemikiran yang terarah berdasarkan kaidah-kaidah logika. Adapun dalam mengumpulkan data, metode yang digunakan adalah analisis dokumen yaitu telaah sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada sebagai sumber data. Adapun sumber data dari penulisan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer (Novel Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy) dan data skunder (tulisan-tulisan yang mendukung dan relevan dengan pokok bahasan karya tulis ini). Selain itu, pembahasan penulisan ini memakai metode deskiptif yaitu suatu penelitian yang mengutamakan deskripsi dan analisa terhadap pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang.

G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami karya tulis ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Pada bagian muka terdiri atas halaman judul, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan ringkasan. Pada bagian isi mencakup:

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan karya tulis.

Bab II : Membahas landasan teori karya tulis sekaligus obyek penelitian pembahasan yang mencakup Konsep Pacaran dalam Islam, riwayat Hidup dan Karya-karya Habiburrahman El-Shirazy serta analisis terhadap pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam novel Ayat Ayat Cinta tentang Pacaran dalam Islam.

Bab III : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

Bagian akhir penulisan terdiri dari daftar pustaka dan daftar riwayat hidup.

BAB II
CINTA DALAM PANDANGAN ISLAM (KAJIAN ANALITIS TERHADAP PEMIKIRAN HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA)

A. Konsep Pacaran dalam Islam
Istilah konsep dalam Kamus Ilmiah Populer berarti ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar. Dalam Islam sendiri, konsep pacaran tidak dikenal. Tetapi, bukan berarti Islam acuh tak acuh dan phobia terhadap istilah pacaran. Banyak literatur yang membahas secara detail kedudukan pacaran dalam islam. Yang paling terkenal adalah konsep taaruf atau proses perkenalan antara calon suami dengan calon istri sebelum melangsungkan akad nikah. Meskipun taaruf tidak sama dengan istilah pacaran secara umum, namun konsep ini mampu menjadi representasi bahwa Islam turut andil dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Adab bergaul dalam Islam telah diatur sedemikian rupa sehingga bagi insan yang mampu dan mau berpikir, tidak akan terjerumus dalam nafsu birahi yang mendorong terjadinya perzinaan. Bukankah Allah SWT secara jelas memperingatkan manusia yang sedang mabuk cinta dengan firman-Nya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”( QS 17:32)?
Fenomena yang terjadi dikalangan remaja saat ini sudah jauh meninggalkan konsep taaruf. Dengan mengatas namakan cinta, tidak sedikit orang yang terbius dalam pergaulan tanpa batas. Cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) sudah diklaim sebagai hal yang wajar dalam hubungan lawan jenis. Remaja yang tidak melakukan aktivitas ini dalam masa pacaran dianggap kuno dan katrok (meminjam istilah Thukul Arwana). Jika hal ini berlanjut, setan yang terus menguntit dengan leluasa memainkan jurus-jurus mautnya untuk menyesatkan anak adam ke lembah neraka. Hari ini pegang tangan, besok cium pipi, kemudian cium bibir dan cium yang lain-lain. Apakah ini yang namanya cinta? Sungguh naif bagi mereka yang mengartikan cinta sedangkal itu. Cinta yang seyogyanya mampu menuntun kepada bahtera kebahagiaan, justru dibelokkan arah menuju lorong penyesalan. Kenikmatan semu sesaat terlalu murah untuk digadaikan dengan hakikat kelezatan cinta yang bersifat abadi.

Setan pun tertawa karena berhasil membalas dendam sejarah dan sukses menjalankan misinya. Di sisi lain, manusia yang menjadi korban cinta fatamorgana ini akan menghabiskan masa hidupnya dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Secara fisik memang tak terlihat, namun dalam ruang batin dan psikis, luka ini tak akan sembuh seiring dengan berakhirnya waktu.

Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu:

• Menjaga mata dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Sebagaimana firman Allah, ”katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30).

• Menjaga tangan dari segala perbuatan yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Banyak hadis yang menjelaskan bagaimana Rasulullah memperingatkan kaumnya tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.(HR. Thabrani dengan sanad hasan).

Karena itu, pergeseran paradigma pacaran dikalangan remaja dewasa ini perlu diluruskan oleh semua pihak. Bukan hanya tugas remaja saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti lingkungan, teman, keluarga, sekolah dan media massa. Ingatlah! Allah tidak akan merubah nasib manusia ketika manusia itu sendiri tidak merubahnya.

B. Riwayat Hidup dan Karya-karya Habiburrahman El-Shirazy.
Habiburrahman El-Shirazy adalah novelis muda tanah air yang sukses menggemparkan jagad jurnalistik via karya-karyanya. Ustadz yang kerap di sapa Kang Abik oleh teman-teman SMA-nya ini kerap muncul di hati penikmat karya sastera. Pengasuh PESANTREN BASMALA di Kota Lumpia yang lahir di Semarang pada kamis, 30 September 1976 ini telah menamatkan pendidikan di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) di Surakarta pada 1995. Kemudian melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar Cairo mengambil jurusan Hadis, fakultas Ushuluddin. Setelah lulus (1999), novelis pembengun jiwa ini meraih gelar S2-nya di The Institute for Islamic Studies in Cairo.

Berbagai prestasi telah dilahap, di antaranya:
o Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994);
o Juara I lomba pembacaan puisi religius tingkat SLTA se-Jawa Tengah yang diselenggarakan panitia Book Fair dan ICWI wilayah Jateng (1994);
o Juara I lomba pidato tingkat remaja se-eks Karisedenan Surakarta (1994);
o Juara I lomba pidato bahasa Arab se-jateng dan DIY (1994);
o Juara I lomba baca puisi bahasa Arab tingkat Nasional yang diadakan IMABA UGM Jogjakarta (1994);
o Mengisi acara Syarhil Qur’an setiap jum’at pagi di Radio JPI Surakarta (1994-1995);
o Pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diselenggarakan Kantor Wilayah P dan K jateng dengan judul “Analisis Dampak Film Lada Terhadap Kepribadian Remaja” (1995).
o Pemimpin kelompok kajian MISYKATI (Majlis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam) di Cairo (1996-1997).
o Orasi terbaik ke-2 dalam “Perkemahan Pemuda Islam Internasional ke dua” di kota Ismailia Mesir yang diadakan WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) dengan judul “Tahqiqul Amni was Salam Fil ‘Alam Bil Islam” atau “Realisasi Keamanan dan Perdamaian di dunia dengan Islam” (1996);
o Koordinator sastra Islam ICMI Orsat Cairo (1998-1999).
Selain itu, pemrakarsa Forum Lingkar Pena (FLP) ini telah membuahkan berbagai karya selain novel The Best Seller; Ayat Ayat Cinta, yaitu:
o Sutradara dan penulis naskah drama yang dipentaskan di cairo dengan judul Wa Islama, Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dari. Yusuf Al Qardhawy; ‘Alim Wa Thaghiyyah) tahun 2000, Darah Syuhada (2000) .
o Karya-karya terjemahan seperti Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dan masih banyak lagi.
o Beberapa Cerpennya antara lain: Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dan beberapa tulisannya termuat dalam Republika, Annida, Jurnal Sastra dan Budaya Kinanah, Jurnal Justisia dan lain-lain.
Setelah kembali ke Indonesia pada pertengahan Oktober 2002, Kang Abik diminta oleh Pusat Pengembangan Mutu Pendidikan (P2MP) Jakarta untuk ikut mantashih Kamus Populer Arab-Indonesia hasil susunan KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta pada Juni 2003. Pada penerbit yang sama, Beliau juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedi Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikirannya.
Untuk mengabdikan ilmunya pada negara, Kang Abik mencurahkan waktunya untuk mengajar di MAN I Jogjakarta dan sejak 2004 lalu tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan IslamAbu Bakar As-Shidiq Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Karya-karya lain yang jadi Best Seller adalah Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di atas Sajadah Cinta, Langit Mekkah Berwarna Merah dan Ketika Cinta Bertasbih.
Dari sejarah singkat tersebut, semoga mampu membangkitkan kawula muda untuk terus berkarya mengikuti jejaknya. Amin.

C. Analisis Terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta Tentang Pacaran Dalam Islam.
“Ayat-ayat Cinta adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel politik, novel budaya, novel reliji, novel fikih, novel etika, novel bahasa, dan novel dakwah. Sangat bagus untuk dibaca siapa saja”.

Ungkapan Ustadz H. Abu Ridho dalam bedah Ayat Ayat Cinta di Munas PKS 2005 diatas barang kali berlebihan. Namun, anggapan ini akan sirna seiring dengan penyelaman baris-demi baris cerita yang tersaji dalam karya Kang Abik tersebut.

Nilai nilai dakwah yang tertuang tidak terkesan menggurui sebagaimana yang ditemukan dalam guratan sastra lain. Pesan yang ingin disampaikan melalui Fahri sebagai tokoh utamanya, menjadi tauladan bagi generasi muda sekarang dalam mengarungi samudera cinta sejati.

Fahri merupakan representasi dari laki-laki perfect tanpa cela sedikitpun. Pintar, berkemauan keras, visioner, saleh, teguh pada ajaran Islam dan digandrungi perempuan manapun. Dibalik kesempurnaannya, ternyata Ia menemukan getaran cinta sejati tanpa melalui proses pacaran. Bahkan ketika memutuskan untuk menikah, sama sekali Ia belum mengetahui wajah calon istrinya, apalagi mengenal lebih jauh. Meskipun sebelumnya pernah bertemu, tapi siapa yang mengira jika perempuan yang tanpa sengaja dikenalnya dalam kereta dan kemudian menjadi teman diskusi seputar permasalahan agama, kelak akan menjadi pendamping hidup selamanya. Jodoh memang telah diatur Yang Maha Kuasa. Kang Abik menorehkan dalam karyanya:
“Semoga gadis solehah ini menjadi rizkimu di dunia dan di akherat. Dan siap kau bawa berjuang di mana saja dan walinya menyetujuinya. Ini ada dua album foto dia. Kau bawalah pulang! Kau lihat-lihat. Kau istikharah lagi. Jika kau mantap kau akan aku pertemukan dengan gadis salekhah ini dan walinya” tawaran Syaikh Usman kepada Fahri tentang calon istri yang akan dinikahinya.

Hari berikutnya Fahri menemui Syaikh Usman (gurunya) dan mengatakan kemantapannya untuk menikahi gadis itu. Meskipun begitu Fahri belum sempat melihat album foto calon istrinya karena perasaan tidak berani yang terus melingkupi dirinya. Syaikh Usman berkata pada Fahri:

“kau sudah melihatnya, kau mengenalnya bukan? Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku sama sekali belum membuka album itu dan Aku sama sekali tidak tahu namanya. Aku diam saja. Gadis itu jadi rasa penasaran dalam hati yang luar biasa. Aku telah menyatakan kemantapanku, tapi Aku belum tahu siapa dia. Aku menjadi orang yang paling penasaran di dunia.

Di saat kebimbangan inilah Fahri hanya bisa berdoa, “Rabbana hablana min azwaajinaa wa dzurriyyaatina qurrata a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaama! Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami, dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqan: 74).

Kebahagiaan cinta Fahri tidak diperoleh dalam masa pacaran karena Ia sadar betul bahwa cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah akad nikah. Yaitu cinta pada pasangan hidup yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan.
Pacaran hanya boleh dilakukan apa bila antara laklaki dan perempuan sudah bertekad akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Itu pun dengan aturan dan batasan-batasan yang telah ditentukan pula. Tujuannya adalah untuk saling mengenali dan mengerti tabiat dan sifat antara ke dua belah pihak.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses perkenalan antara laki-laki dan perempuan sebelum memutuskan mengarungi mahligai rumah tangga:
1. Utamakan laki-laki/perempuan yang memiliki pemahaman agama yang baik.
2. Sejauh mana konsistensi & semangatnya dalam menjalankan syariat Islam.
3. Bagaimana akhlaq & kepribadiannya.
4. Bagaimana lingkungan keluarga & teman-temannya.

Dalam Islam hubungan lelaki perempuan disucikan sesuci-sucinya tanpa mengurangi keindahan romantismenya. Perasaan gembira, gugup, senang, bahagia, takut, dan campur aduk lainnya menghiasi laki-laki dan perempuan dalam proses taaruf. Apa lagi saat mata berusaha mencuri pandang menyoroti raut wajah sang kekasih.

Selain Fahri perasaan yang sama juga dirasakan Syaikh Usman ketika meminang Ummu Fathi (tokoh lain yang digambarkan dalam novel AAC).

Dalam perjalanan bersama keluarga ke rumah Ummu Fathi, untuk bertemu pertama kalinya sekaligus khitbah, hatiku berdesir, jantungku berdegup, keringat dingin keluar. Tapi saat-saat itulah yang tak terlupakan. Dan ketika kami bertemu. Ummu Fathi mengeluarkan minuaman dengan tangan bergetar. Mata kami sekilas bertemu dan hati diliputi rasa malu yang luar biasa. Kenikmatan istimewa yang karang dirasakan anak muda sekarang, kecuali yang benar-benar menjaga diri dan menjaga hubungan lelaki perempuan dalam adab-adab syar’i.

Dalam kalimat terakhir, terlihat jelas bagaimana Habiburrahman ingin menunjukkan relitas yang terjadi dikalangan remaja saat ini. Pergaulan bebas menjadi ancaman serius bagi moral remaja. Di kota, maupun di desa. Semua sama. Inilah kelebihan Kang Abik yang dimaksudkan dengan berdakwah tanpa menggurui namun esensi dan tujuan mulianya tetap mengena. Bagaimana rasa yang dialami Fahri dan Syaih Usman di atas muncul dalam diri remaja saat ini sebagai keindahan cinta, jika budaya pacaran yang menjalar telah larut memenuhi syahwat kotor belaka?

Budaya yang datang dari luar Islam, kini menjadi trend mode modern yang mengancam generasi muda. Sudah menjadi rahasia umum bahwa free sex sudah menjadi bagian dari life style dan motif dasarnya sudah tidak lagi sebatas himpitan ekonomi. Masih membekas dalam ingatan bagaimana adegan mesum yang dilakikan oleh oknum WAKIL RAKYAT dengan biduan. Mahasiswa yang berseronok ria dengan pasangan kumpul kebo nya, siswa-siswi SMA yang merekam hubungan intim dalam HP mereka dan tersebar melalui media (cetak maupun elektronik) dan lain-lain. Semuanya melengkapi kebobrokan moral bangsa ini.

Harian Bali Post pernah menurunkan beritayang mencengangkan; lebih dari 50% SMU di Bali sudah tidak perawan. Itu belum seberapa. Ada lagi yang membuat telinga meradang; lebih dari 55% mahasiswa di pulau Jawa pernah melakukan kegiatan seks. Masih belum cukup? Jangan khawatir! Tambahan data pelengkap derita batin yaitu 24% dari mereka melakukan hubungan seks di luar nikah, sekitar 20% mahasiswi mwnyatakan kehilangan keperawanannya dan lebih dar 7% telah melakukan aborsi. Masya Allah!Naudzubillah! sudah demikian bekatkah moral remaja di Nusantara ini?

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran paradigma pacaran secara umum adalah:
• Kurangnya sosialisasi tentang gaya pacaran yang sehat meliputi:
1. Sehat secara fisik seperti tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, tidak menyakiti dan tidak merusak kesehatan orang lain.
2. Sehat secara mental yaitu remaja berarti mempunyai nilai yang kuat, percaya diri, menguasai informasi tentang kesehatan reproduksi (meliputi aspek fisiologis, moral, sosial dan psikologis), mampu berkomunikasi, mampu mengambil keputusan dan siap atas segala resiko dari keputusan yang diambil dan sehat secara sosialnya yang berarti mampu mempertimbangkan nilai – nilai dan norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini remaja harus, mempertimbangkan aspek agama yang melarang remaja melakukan aktivitas seksualitas termasuk sentuh menyentuh lawan jenis yang bukan mahramnya apa lagi mengambil gaya pacaran yang tidak sehat seperti berpelukan, berciuman dan sampai hal yang paling jauh yaitu melakukan hubungan seks diluar nikah.

• Memudarnya nilai-nilai luhur budaya.
Budaya kita tidak memperkenankan remaja yang berlawanan jenis berpelukan di depan umum dan melakukan aktivitas yang menjurus ke seksualitas. Budaya yang diwariskan leluhur bangsa telah pudar di mata remaja dan tergerus dahsyatnya budaya luar.

• Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman
pendidikan agama.
Rata-rata pelajar yang terkena kasus hubungan seksual diluar nikah dilakukan atas nama suka sama
suka. Perbuatan itu sebagian dilakukan di rumah atau di tempat
tersembunyi dan sebagian lagi di tempat rekreasi yang suasananya
lengang. Salah satu sebabnya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap mereka, minusnya pendidikan agama, broken
home (orang tua yang sibuk dan suka bertengkar) dan akibat komunikasi
yang sangat jelek di rumah. Akibatnya, mereka berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan
mengikuti hingar bingar pergaulan bebas yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam perzinaan.
Memang tidak mudah menjalankan konsep pacaran dalam Islam. Terutama bagi mereka yang sama sekali belum tersentuh hatinya akan nilai-nilai ajaran agama. Hanya dengan Commitment (niat atau tekad yang menghunjam dalam kalbu untuk mencapai hidup bahagia), Consistence (satu padunya isi hati dan fikiran dengan ucapan dan tindakan), Consequence (siap menanggung risiko dan memilih melakukan sesuatu dengan bertanggungjawab) dan Continues (sikap sabar melalui proses tahap demi tahap secara berkelanjutan), insyaallah akan dibukakan jalan bagi manusia untuk mencapai ridha-Nya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan karya tulis yang berjudul “Pacaran dalam Islam (kajian Analitis terhadap Pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam Novel Ayat Ayat Cinta)” ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep pacaran dalam Islam sebenarnya tidak ada. Namun, bukan berarti Islam tidak mengatur umatnya dalam pergaulan antar lawan jenis. Diantara konsep yang ditawarkan adalah konsep taaruf.

2. Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu menjaga mata dan tangan dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat.

3. Dari analisis yang dilakukan penulis terhadap pemikiran Habiburrahman El-Shirazy dalam novel Ayat Ayat Cinta tentang pacaran dalam islam, maka dapat ditarik kesimpulan:

• Melalui novel AAC, Kang Abik menyadari telah terjadi salah persepsi tentang konsep pacaran yang terjadi di dunia remaja saat ini dan ingin merubah pergeseran paradigma tersebut.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran paradigma pacaran di kalangan remaja di antaranya:
ü Kurangnya sosialisasi tentang gaya pacaran yang sehat.
ü Memudarnya nilai-nilai luhur budaya.
ü Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman
pendidikan agama.

B. Saran

Adapun rekomendasi atau saran dari penulis sebagaimana kesimpulan di atas yaitu:

1. Semua pihak harus merekonstruksi dan mendekonstruksi paradigma pacaran yang telah keluar dari nilai-nilai keislaman.

2. Pahamkan para remaja tentang tata cara pergaulan terhadap lawan jenis sesuai nilai-nilai ajaran Islam.

3. Tingkatkan sosialisasi terhadap remaja tentang konsep gaya pacaran sehat.

4. Pertebal pemahaman nilai-nilai luhur budaya.

5. Bagi orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan keagamaan anak-anaknya.

Demikian karya tulis ini selesai tersusun. Terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah membantu. Kritik dan saran konstruktif senantiasa diharapkan untyuk memperbaiki berbagai kelemahan dan kekurangan yang ada. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Rabba al ‘alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-afghani, Said. 2003. Al-Mujaz fi Qawaid al-Lughah al-Arabiyyah, (Online) (http://www.manarcom.com, diakses 17 Desember 2004).

Ariadinata, Joni, Aku Bisa Nulis Cerpen, Jakarta: Gema Insani, 2006, Cet. I.

Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007, Cet. 10.

El Shirazy, Habiburrahman, Ayat Ayat Cinta (Sebuah Novel Pembangun Jiwa), Semarang: Pesanteren Basmala Indonesia, 2008, Cet. XLI.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Perss, 1985.
Ni’am, Nidlomun, Metodologi Penelitian Kependidikan, Kudus: Badan Penerbitan Fakultas Tarbiyah UNDARIS , 1989.

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola Surabaya, 1994.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, Cet. I.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978.

Wanto, Ahmad, Pacaran dalam Pandangan Islam, (Online), (http://www.mediamuslim.info, diakses Minggu, 29 Januari 2007).

http://www.ChristianAnswers.Net/indonesian

Keterampilan Menutup Pelajaran


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber

Belajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah berhenti karena merupakan suatu proses yang berkelanjutan ke arah kesempurnaan dan setiap kali suatu interaksi di kelas diakhiri pada minggu berikutnya interaksi itu pasti akan dilanjutkan. Menutup pelajaran identik dengan mengakhiri pelajaran, menutup pelajaran bukan berarti selesainya saluruh proses belajar mengajar akan tetapi menutup pelajaran berarti mengakhiri pelajaran ini dari pelajaran dan menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Jangan mengakhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Dalam menutup pelajaran yang telah diberikan seorang guru harus mampu menguasai beberapa cara yaitu:

1. Merangkum Pelajaran
Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Misalnya, kebenaran- kebenaran yang penting dalam pelajaran, pelajaran praktis yang telah diajarkan, penerapan akhir yang harus dibuat, Kristus dinyatakan sebagai Juru Selamat orang berdosa, atau bagaimana pelajaran dapat dilakukan di rumah, sekolah, atau saat beraktivitas.

2. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya
Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka.

Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang.
a. Bangkitkan minat
Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar.

b. Memberikan tugas
Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama, bahkan sebelum pelajaran dimulai. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas.

Makalah Keterampilan Membuka Pelajaran


1.  Pengertian Membuka Pelajaran

Banyak orang beranggapan bahwa kesan pertama dari suatu bentuk hubungan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain pertemuan atau kesan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Dengan demikian, keterampilan membuka pelajaran mempakan kunci yang harus didahului dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang dinamis tidak akan tercapai jika guru pada awal pelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa.

Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar[1], dan pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Membuka pelajaran juga merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain membuka pelajaran itu adalah kegiatan mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.

Dalam otak siswa itu sudah tersedia kapling-kapling sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran baru akan mudah diterima oleh otak kita manakala sudah tersedia kapling yang relevan. Demikian juga sebaliknya materi pelajaran baru tidak mungkin mudah dicerna manakala belum tersedia kapling yang relevan. Sama halnya dengan kerja sebuah komputer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia filenya. Oleh sebab itu agar data itu masuk dan dapat disimpan terlebih dahulu perlu disiapkan filenya. Misalnya teori pesawat terbang akan sulit diterima manakala diberikan kepada mahasiswa ekonomi yang sama sekali belum mengenal teori tersebut. Oleh karena itu di otak mahasiswa tersebut belum tersedia kapling tentang teori pesawat terbang. Nah,bagaimana agar materi itu mudah diterima? Tentu saja kita harus membuat kapling (file) tentang hal-hal yang berhubungan dengan pesawat terbang. Inilah makna dari kegiatan membuka pelajaran.

Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pekerjaan tugas dan lain-lain.[2] Contoh: ketika guru ingin memberikan pelajaran baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu naik haji, guru dapat mengatakan seperti ini: ”Nah, anak-anak! pada pertemuan ini kita akan mempelajari pokok bahasan baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu ’naik haji’. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topik itu, cobalah kalian perhatikan dahulu ke depan!, gambar apa yang ibu pegang ini?”.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran merupakan skill atau kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap guru. Selanjutnya membuka pelajaran adalah kegiatan awal yang dilakukan oleh guru setiap kali mengawali kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan mental siswa dan sekaligus untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya.

2.  Komponen-komponen Dalam Kegiatan Membuka Pelajaran

Salah satu usaha mengkondisikan kelas adalah adanya kegiatan membuka pelajaran sebelum memasuki kegiatan inti. Oleh karena itu kegiatan membuka pelajaran merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang memiliki peran yang penting dalam menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.

Keterampilan membuka pelajaran bukanlah sekedar kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdo’a. Akan tetapi kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan menyiapkan mental siswa untuk siap menerima dan mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan membuka pelajaran, dan merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam kegiatan membuka pelajaran, meliputi : (1) Keterampilan menarik minat dan perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi. (2) Keterampilan menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswa, dengan cara disertai suasana yang hangat dan keantusiasan karena salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, guru peduli dengan apa yang dia ajarkan dan mengkomunikasikannya dengan para siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting dan guru dapat memberikan bukti nyata,[3] menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. (3) Keterampilan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat kaitan atau hubungan di antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.[4]

Selain itu, di dalam kegiatan membuka pelajaran ada keterampilan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh guru yaitu keterampilan melaksanakan pretes. Pretes adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengajukan satu pertanyaan atau lebih kepada para siswa tentang bahan yang akan dijadikan topik sebelum membahas pelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang pelajaran tersebut. Dalam melaksanakan pretes ini guru harus memiliki keterampilan bertanya,baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sering kali tidak terjawab, sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, Sardinian sebagaimana dikutip oleh Fitriani mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri: (1) kalimatnya singkat dan jelas, (2) tujuannya jelas, (3) setiap pertanyaan hanya satu masalah, (4) mendorong anak untuk berfikir kritis, (5) jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak, (6) bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa, dan (7) tidak menimbulkan tafsiran ganda.[5]

Pretes memiliki keguanaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes mempunyai peran yang penting untuk keefektifan proses pembelajaran. Adapun fungsi pretes antara lain: (1) menyiapkan siswa dalam belajar. Karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus pada persoalan yang harus dipelajarinya, (2) untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, (3) untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran, (4) untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai oleh siswa.[6]

Sedangkan menurut Al-Abrasyi sebelum siswa itu menerima pelajaran dari gurunya hendaklah terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.[7] Dan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baaqarah (2) ayat 151:

Artinya : Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.[8]

Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan pengajaran terlebih dahulu dilaksanakan penyucian, yaitu mensucikan anak didik (siswa). Adapun yang perlu disucikan antara lain: 1) Badan dan pakaian haruslah bersih dari najis; 2) makanan yang dikonsumsinya bersumber dari penghasilan; 3) Hati agar terlepas dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, benci dan sebagainya; 4) Akal, agar terlepas dari pikiran-pikiran yang tercela, seperti menipu orang lain.

3.  Tujuan Membuka Pelajaran

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya secara umum tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman (2007:92) memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut: (1) Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran, (2) Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya, (3) Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya, (4) Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.[9]

Sementara itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:

Pertama, menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dinggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang menyenangkan.

Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan, misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa, mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut berguna bagi dirinya.[10]

Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung,[11] membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

Keempat, membuka pelajaran juga dapat digunakan untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.[12]

Daftar Buku Bacaan:


[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat: Quantum Teaching, 2007), hlm, 99

[2] http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=26/ 1/4/2009

[3] Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat Untuk Belajar: Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004), hlm, 33

[4] Ahmad Sabri, Op.cit., hlm, 101

[5] Purwiro Harjati, http://purjatifis.blogspot.com/

[6] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (cet.9), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm, 101

[7]Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm, 47

[8] Departemen Agama RI, Op.cit, hlm, 38

[9] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (cet.7), (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm, 92

[10] E. Mulyasa, Op.cit., hlm, 114

[11] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (cet.4), (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2008), hlm, 43

[12] http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/keterampilan-dasar-mengajar.html/1/4/09

Artikel Pendidikan


Berikut ini ada beberapa artikel yang saya adopsi dari situs lain dan anda dapat menikmatinya cukup klik di bawah ini :

Merebut Makna, Belajar Bahasa Kehidupan
Refleksi Pendidikan Bersama Paulo Freire
Bangsa yang Merendahkan Etos Kerja
Yang Terbaik untuk Anak
Apa yang Dipelajari Anak di Sekolah
Selayang Pandang Pendidikan Teknologi Dasar pada SLTP di Indonesia
Biaya Pendidikan di Indonesia: Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI
Pendidikan Gratis dan Badan Hukum Pendidikan (Melacak Akar Legalitas Privatisasi Pendidikan di Indonesia)
Yang Terlewatkan dalam Pendidikan
Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi
Mau ke Mana Pendidikan Dasar Kita?
Membedah Industri Pendidikan Tinggi
Pendidikan Karakter
Petaka Pendidikan Nasional
Instrumen Ujian Nasional sebagai Penentu Kelulusan Berpotensi Merugikan Siswa
Benarkah Ujian Nasional Dapat Memengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan dan Etos Kerja?