Kewajiban Menuntut Ilmu


“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang yang baik, maka ia akan difahamkan dalam urusan agama.” [HR. Bukhari]

Islam mewajibkan kaum muslimin dan muslimat untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat, sebab orang yang berilmu di masyarakat menduduki derajat yang tinggi, sedangkan yang tidak berilmu menduduki derajat yang rendah.

Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik, apabila orang-orang Islam sendiri tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan pikiran yang sehat. Oleh karena itu, pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.

Berdasarkan pernyaaan di atas, maka saya akan kemukakan nasehat yang utama bagi kita semua. Yakni tentang perlunya semangat dalam menuntut ilmu dan tafaqquh fid-din, akan tetapi pada kenyataannya banyak dari kita yang tidak sungguh-sungguh dalam belajar, bahkan meninggalkannya (berpaling darinya). Telah menjadi keprihatinan tersendiri dalam benak saya. Oleh karena itu, insya Allah akan dijelaskan dan diuraikan urgensi tholibul ilmi dari dalil-dalil Al_Qur’an, disertai ta’liq sederhana.

Ikhwan wa akhwat fillah yang dirahmati_Nya,
Allah
subhanahu wa ta’ala telah banyak memaparkan pentingnya menuntut ilmu dalam deretan firman_Nya yang mengagumkan.

Artinya : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Ali Imran (3): 18]

Berkata Imam Al_Qurtubi rahimahullah dalam tafsirnya : “Ayat ini adalah dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama. Seandainya ada orang yang lebih mulia dari ulama, sungguh Allah akan menyertakan nama_Nya dan nama malaikat_Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman juga kepada Nabi_Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kemuliaan ilmu.”

Artinya : “Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” [QS. Thaha (20): 114]

Maka seandainya ada sesuatu yang lebih mulia daripada ilmu, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala akan memerintahkan Nabi_Nya untuk meminta tambahan akan sesuatu itu, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan Nabi_Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan ilmu. [Lihat Tafsir Al_Qurthubi hal. 1283]

Artinya : “Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui” [QS. Az_Zumar (39): 9]

Imam Al_Qurtubi rahimahullah berkata:
“Menurut Az_Zujaj
radhiyallahu ‘anhu, maksud ayat tersebut yaitu orang yang tahu berbeda dengan orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama dengan orang bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari ilmu serta tidak mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak mengetahui” [Lihat Tafsir Al_Qurthubi hal. 5684]

Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [QS. Al_Mujaadilah (58): 11]

Imam Al_Qurtubi rahimahullah berkata,
“Maksud ayat di atas yaitu, dalam hal pahala di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah
subhanahu wa ta’ala akan meninggikan orang beriman dan berilmu di atas orang yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud, dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memuji para ulama. Dan makna bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama, apabila mereka melakukan perintah-perintah Allah” [Lihat Tafsir Al_Qurtubi hal. 5070]

Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya, hanyalah ulama.” [QS. Al_Fathir (35): 28]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Maksud ayat di atas adalah, orang yang takut kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan benar hanyalah ulama yang mengenal_Nya, karena semakin mengenal Allah Yang Maha Agung, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Mengetahui, Yang

memiliki sifat kesempurnaan dan kebaikan, maka pengenalan, pengetahuan, dan ketakutan terhadap_Nya akan semakin sempurna” [Lihat
Tafsir Ibnu Katsir: 3/163]

Artinya : “Sesungguhnya Al_Quran adalah ayat-ayat yang nyata dalam dada orang-orang yang diberi. Dan tidak mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dholim.” [QS. Al_Ankabut (29): 49]

Ibnul Qoyyim Al_Jauziyah rahimahullah berkata tentang ayat di atas. “Allah subhanahu wa ta’ala menyanjung ahli ilmu, memuji dan memuliakan mereka dengan menjadikan kitab_Nya sebagai ayat-ayat yang nyata/jelas dalam dada mereka. Ini merupakan kekhususan dan kebaikan bagi mereka dan tidak bagi yang lainnya.” [Lihat Miftah Daari As_Sa’adah hal. 1/50]

Dan kata Imam Al_Qurthubi rahimahullah.
“Maksud ayat tersebut adalah, Alquran bukanlah sihir atau syair, seperti yang dikatakan oleh orang-orang batil. Akan tetapi Alquran adalah tanda dan dalil Allah. Dalam Alquran agama dan segala hukum_Nya dapat diketahui.
Seperti itulah Alquran di dalam dada-dada orang yang diberi ilmu. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang beriman kepada. Mereka berilmu, mampu memahami dan membedakan antara kalamullah, perkataan manusia dan ucapan-ucapan setan.” [Lihat Tafsir Al_Qurtubi hal. 5070]

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu`min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” [QS. At-Taubah (9): 122]

Imam Al_Qurthubi rahimahullah berkata. “Ayat ini merupakan pokok tentang wajibnya menuntut ilmu. Karena tidak seharusnya orang mukmin itu pergi ke medan perang semua, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak, sehingga mereka meninggalkan beliau sendiri. Mereka membatalkan keinginan mereka, setelah mengetahui tidak dibolehkannya pergi secara keseluruhan. Beberapa orang dari tiap-tiap golongan, agar tetap tinggal bersama Nabi untuk mempelajari agama. Sehingga apabila orang- orang yang berperang itu telah kembali, mereka bisa mengabarkan dan meyebarkan pengetahuan ilmu mereka. Dalam ayat ini juga terdapat kewajiban untuk memahami Al­_Kitab dan As_Sunnah. Dan kewajiban tersebut adalah kewajiban kifayah bukan wajib ‘ain” [Lihat Tafsir Al_Qurtubi hal.3132]

Artinya : “Dan katakanlah:”Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. [QS. Thaha (20): 114]

Berkata Ibnu ‘Uyainah rahimahullah. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa bertambah ilmunya sampai Allah subhanahu wa ta’ala mewafatkan beliau”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/167]

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah. “Dengan hal ini cukuplah merupakan kemuliaan bagi ilmu, yaitu bahwa Allah memerintahkan Nabi_Nya untuk meminta tambahan berupa ilmu” [Lihat Miftah Daari As-Sa’adah]

Artinya : “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. [QS. Al_An`am (6): 83]

Imam Al Qurtubi rahimahullah berkata. “Firman Allah, Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat yaitu dengan ilmu, kepahaman dan imamah (kepemimpinan) serta kekuasaan”. [Lihat Tafsir Al_Qurtubi hal. 2466]

Artinya : “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat_Nya kepadamu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.” [QS. An_Nisaa` (4): 113]

Berkata Ibnul Qoyyim Al_Jauziyah rahimahullah tentang ayat di atas, “Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan kenikmatan-kenikmatan dan karunia_Nya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kenikmatan dan karunia_Nya yang paling agung adalah memberinya Al_Kitab dan hikmah serta mengajarkan kepadanya apa yang belum diketahuinya.” [Lihat Miftah Daari As-Sa’adah 1/52]

Demikianlah ikhwan wa akhwat fillah.
Semoga pemaparan kami ini bermanfaat bagi kita semuanya. Harapan kami semoga kita masih mendapat kesempatan untuk meniti ilmu_Nya yang maha luas. Amin…!!!

Kemudian semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan petunjuk dan pahala kepada penulis dan kepada kedua orang tua saya, kepada pembacanya yang beriman, serta semoga menjadi simpanan amal kebaikan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala oleh siapa pun dari kaum muslimin yang sudi menyebarkannya. Akhirnya hanya kepada_Mu ya Allah segala puji, dan hanya kepada_Mu ya Allah kami mohon petunjuk.

Penulis,
Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I
Palembang – Sumatera Selatan
30 Dzulhijjah 1028 H / 9 Januari 2008 M