Kelebihan dan Kelemahan PTK Kolaboratif


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Kelebihan  dan Kelemahan PTK Kolaboratif

Apa kelemahan dan kelebihan PTK? Kelebihannya seperti dikatakan Burns (1999: 13) sebagai berikut. Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang dalam kultur sosio-politik lembaga  tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif  kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik. Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan keseluruhan.

Selain itu, ada kelebihan lain dari PTK kolaboratif (Wallace, 1998: 209-210): (1) kedalaman dan cakupan, yang artinya makin banyak orang terlibat dalam proyek penelitian tindakan, makin banyak data dapat dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman  (misalnya studi kasus kelas bahasa Inggris) atau dalam hal cakupan (misalnya beberapa studi kasus suplementer; populasi yang lebih besar), atau dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif  yang digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi dalam meneliti kelasnya masing-masing; (2)  Validitas dan reliabilitas, yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan terhadap satu persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakan teknik penelitian yang berbeda (yaitu menggunakan trianggulasi); dan (3) Motivasi yang timbal lewat dinamika kelompok yang benar, di mana bekerja sebagai anggota tim lebih bersemangat daripada bekerja sendiri.

Kelemahan terbesar PTK kolaboratif  terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda. Hal ini dapat dipecahkan dengan membicarakan aturan-aturan dasar (Wallace, 1998: 210), seperti yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang akan kita lakukan? Mengapa kita menangani masalah ini? (Apakah kita memiliki motivasi yang sama, atau motivasi yang berbeda?) Bagaimana kita akan melakukannya? (Siapa melakukan apa dan kapan?) Berapa banyak waktu masing-masing dari kita akan siap dihabiskan untuk keperluan ini? Berapa sering kita akan bertemu, di mana dan kapan? Apa hasil akhir yang diharapkan? (Suatu ceramah atau artikel; atau sekadar pengalaman yang sama?)

Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kolaboratif


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Prinsip_Prinsip Penelitian Tindakan Kolaboratif

Tiga tahap Penelitian Tindakan Kelas (ptk) kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan  diseminasi (Burns, 1999: 207-208). Butir-butir tentang prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda (Burns, 1999: 207):

  1. Sejauh dapat dilakukan, agenda Penelitian Tindakan Kelas (ptk) tindakan hendaknya ditarik dari kebutuhan-kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh semua pihak Anda sendiri, sejawat, kepala sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua murid) yang terlibat dalam konteks pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah Anda;
  2. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan Anda sebagai guru dan sejawat;
  3. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Anda, yang ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda daapt juga memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi Anda;
  4. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda hendaknya ditentukan dengan mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas Anda yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai sasaran penelitian.
  5. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi  secara kolaboratif. Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Anda negosiasikan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Anda, sejawat, murid-murid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya).
  6. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Anda dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.

Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah  harus dipertimbangkan  (Burns, 1999: 207-208):

  1. Anda sebagai pelaku Penelitian Tindakan Kelas (ptk) hendaknya berupaya memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Upayakan mendapatkan dari pemimpin dukungan dan bantuan secara terus menerus dalam tahap-tahap pelaksanaan, diseminasi, dan tindak-lanjut penelitiannya.
  2. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri.
  3. Penelitian Tindakan Kelas (ptk) Anda akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri.
  4. PTK Anda hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi.

Dalam tahap diseminasi Penelitian Tindakan Kelas (ptk) perlu dipertimbangkandua butir berikut (Burns, 1999: 208)

  1. Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens sasarannya adalah guru-guru bahasa Inggris di SD, misalnya, bentuk laporannya berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik guru bahasa Inggris di universitas.
  2. Jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan Anda hendaknya digunakan untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian dilakukan lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.

Penelitian Tindakan Kolaboratif


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Penelitian Tindakan Kolaboratif

Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif  Kemmis dan McTaggart (1988: 5;  Hill & Kerber, 1967, disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns, 1999: 31): (1) penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama, (2) penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada.

Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain;  sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan  pendidik guru, antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).

Prinsip-prinsip Etis Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Prinsip-prinsip Etis Proses Penelitian Tindakan
Peneliti tindakan, sebagai praktisi, melakukan penelitian untuk mencapai peningkatan dirinya dan peningkatan situasi bersama orang-orang di dalamnya. Dengan kata lain, peneliti tindakan melakukan penelitian untuk mempengaruhi orang lain menuju peningkatan/perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini hendaknya dia melakukan perubahan tersebut dengan cara yang etis. Di bawah akan disajikan uraian singkat tentang prinsip-prinsip etika yang perlu diterapkan dalam melakukan penelitian tindakan (McNiff, Lomax dan Whitehead, 2003).
1.  Kelengkapan Dokumen
Peneliti tindakan hendaknya membagikan dokumen etika ke semua peserta penelitian. Dokumen etika tersebut mencakup pernyataan etika dan surat ijin. Ketika melaporkan hasil penelitian, kedua dokumen ini perlu dilampirkan tetapi semua nama orang dan nama organisasi harus ditutup (disembunyikan). Pada surat ijin, harus juga ditutup nama, alamat dan tanda tangan yang ada.
2.  Negosiasi Akses
a. Dengan Yang Berwenang
Pelaku PTK hendaknya menghubungi kepala sekolah dan pimpinan lain sebelum melakukan penelitian. Peneliti hendaknya juga memperoleh persetujuan tertulis tentang hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Jika ada perubahan rencana atau hal lain, peneliti hendaknya memberitahukan perubahan ini kepada pimpinan terkait dan minta ijin untuk meneruskan penelitian dengan perubahan tersebut.
b. Dengan Peserta
Pelaku PTK hendaknya minta persetujuan kepada sejawat orang-orang yang diharapkan akan terlibat dalam penelitiannya. Mereka hendaknya secara terus menerus diberi informasi tentang penelitian tersebut. Mereka hendaknya diyakinkan bahwa mereka adalah peserta penelitian dan peneliti-pendamping, bukan sekedar ’subjek garapan’. Peneliti hendaknya meyakinkan bahwa dia meneliti dirinya sendiri dalam kaitannya dengan mereka. Hal ini hendaknya dijelaskan sesering mungkin bila diperlukan untuk membuat mereka merasa enak dengan apa pun yang dikerjakan peneliti. Karena mereka ini merupakan sumber daya yang berharga, mereka perlu diperlakukan dengan hati-hati.
c. Dengan Orangtua atau Wali Murid
Karena PTk Anda melibatkan siswa, Anda hendaknya minta ijin kepada orangtua mereka. Surat permohonan ijin sebaiknya dikirim ke rumah mereka. Apabila orangtua mengalami kesulitan membaca, Anda sebaiknya memberi penjelasan lisan. Anda hendaknya berupaya agar orang-orang terkait mendukungnya dari permulaan dan hendaknya kepercayaan mereka dijaga dengan baik.
3.  Menjaga Kerahasiaan
a. Kerahasiaan Informasi
Anda sebagai peneliti hendaknya menyatakan dengan tegas bahwa Anda hanya akan menggunakan informasi yang termasuk wilayah publik dan yang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Anda juga harus menegaskan bahwa informasi yang bersifat pribadi tidak akan dilaporkan. Jika ada informasi
yang sensitif yang akan digunakan, peneliti hendaknya minta ijin kepada sumber informasi tersebut.
b. Kerahasiaan Identitas
Anda sebagai peneliti tindakan hendaknya tidak menyebut nama orang atau tempat kecuali telah mendapatkan ijin untuk menyebutnya dalam laporan. Anda juga tidak boleh menyebut nama fiktif karena nama tersebut mungkin sama dengan nama milik orang lain. Untuk identitas peserta, sebaiknya peneliti menggunakan inisial, nomor atau simbol lain. Jika mempeoleh ijin tertulis dari organisasi atau lembaga terkait, Anda boleh menyebut nama organisasi atau lembaga tersebut.
c. Kerahasiaan Data
Jika Anda sebagai peneliti bermaksud menggunakan data asli seperti transkrip, atau saripati dari rekaman video, hendaknya Anda mengecek pada pemiliknya untuk keberterimaannya dan hendaknya dia minta ijin kepada mereka. Anda hendaknya selalu minta sumber data untuk mengecek keakuratan informasi dan menyunting transkrip untuk mengecek kontribusi mereka. Anda hendaknya juga minta orang lain untuk membaca versi deskripsinya tentang peristiwa-peristiwa yang diteliti sebelum diterbitkan.
d. Menjamin Hak Peserta untuk Mengundurkan Diri dari Penelitian
Dari waktu ke waktu Anda hendaknya memastikan bahwa peserta penelitian merasa enak dengan prosedur penelitian dan bebas bersikap dalam penelitian terkait. Mereka perlu diberitahu bahwa hak-haknya dilindungi dan bahwa mereka bisa mengundurkan diri jika menghendaki, dan semua data tentang mereka akan dimusnahkan setelah pengunduran diri mereka.
e. Menjaga Kode Etik Profesional dan Akademik
Pengumpulan data dan pembuatan laporan PTK Anda lakukan dengan memenuhi persyaratan akademik dan profesional. Perekaman perkuliahan atau kegiatan kelompok hendaknya dilakukan dengan ijin. Ketika mewawancari orang, Anda hendaknya menjelaskan bagaimana data akan digunakan dan tepati komitmen ini. Ketika membuat laporan, Anda hendaknya mengakui kontribusi intelektual orang lain dan tidak menggunakan perkataan orang lain tanpa
pengakuan. Sebagai pelaku PTK, Anda hendaknya selalu ingat bahwa meneliti adalah pekerjaan profesional yang menuntut komitmen kerja keras dan tanggung jawab pribadi.
f. Jaga Kepercayaan
Dari awal Anda hendaknya meyakinkan orang-orang yang terlibat dalam penelitiannya bahwa dia dapat dipercaya, dan akan menepati janji tentang negosiasi, kerahasiaan dan pelaporan. Anda hendaknya selalu melakukan pengecekan bilaman ragu-ragu atau ada kesalahpahaman. Selain itu, Anda hendaknya melindungi orang lain dan juga diri Anda.
Last modified: Senin, 9 April 2007, 11:39

Mudah_mudahan bermanfaat bagi rekan_rekan guru, mohon tinggalkan pesan dan beri komentar untuk mengetahui kebutuhan_kebutuhan rekan sejawat tentang penelitian tindakan kelas. terima kasih..

Teknik-Teknik Pemantauan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Teknik-Teknik Pemantauan dalam Penelitian Tindakan Kelas

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini.
1.  Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu.
2.  Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.
3.  Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda dapat dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar:
– Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak …
– Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara “tunjukkan dan katakan”
– Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa …
Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan.
4.  Analisis Dokumen
Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.
5.  Catatan Harian
Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif.
Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
– merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagamana? Mengapa? Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebagaimana terjadi.
– Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.
– Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis
– Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya.
6.  Logs
Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain.
7.  Kartu Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.
8.  Portfolio
Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
9.  Angket
Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam.
a. Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah.
b. Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh.
10.  Wawancara
Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari mula. Wawancara dapat:
a. Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara pelaku penelitian dan subyek penelitian.
b. Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
c. Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.
11.  Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar 2. 1 di bawah, yang mencatat hubungan seluruh kelompok.
12.  Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada:
– Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
– Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui.
– Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban.
– Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir.
13.  Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu.
14.  Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian.
15.  Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik. Karena daya
tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan cirri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

Demikianlah, mudah_mudahan bermanfaat, silakan tinggalkan pesan dan beri komentar jika anda butuh sesuatu tentang penelitian tindakan kelas, saya akan bantu semampunya. 🙂

Langkah Praktis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

JUDUL :
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN (bila diperlukan, lazimnya diketahui dan ditandatangani oleh pimpinan/kepala sekolah setempat)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK : (Berisi judul, nama peneliti, uraian singkat PTK. Ditulis satu spasi dengan jumlah kata kurang lebih 250 kata. Disertai kata kunci)

BAB I. PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang Masalah (Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.)

2.  Perumusan Masalah (Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.)

3.  Tujuan Penelitian (Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif. Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.) Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak

4.  Manfaat Penelitian (Menjelaskan manfaat penelitian ini untuk penambahan/pengembangan wawasan, manfaat aplikasi hasil penelitian bagi keberhasilan pembelajaran siswa, bagi guru, sekolah dan mungkin pihak lain yang relevan dengan pemanfaatan hasil penelitian ini)

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

  1. Tinjauan Pustaka (Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.)
  2. Kerangka Pemikiran
  3. Hipotesis Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN (CARA PENELITIAN)

  1. Setting Penelitian Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita, latar belakang kemampuan akademik, kesulitan-kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, latarbelakang sosial dan ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan dan lain sebagainya. Aspek substantive kompetensi dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran pada kelas yang diteliti seperti IPA atau IPS atau Matematika kelas II SMP, juga dikemukakan pada bagian ini.
  2. Subjek Penelitian (Pada bagian ini dijelaskan jumlah dan deskripsi siswa)
  3. Variabel Penelitian (faktor yang diselidiki) Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
  4. Teknik pengumpulan data (Data dan Cara Pengambilannya) Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata – mata sebagai sumber data. Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
  5. Indikator Kinerja (Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.)
  6. Analisis Data (Pada bagian ini menjelaskan teknik, tata cara/prosedur dalam menganalisis data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk/jenis data dan uji statistic yang digunakan juga dijelaskan, misalnya rumus uji statistic dan lain-lainnya)
  7. Prosedur Penelitian (langkah-langkah PTK) Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : (1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus/daur berikutnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN

  1. Siklus I
  2. Siklus II
  3. Siklus III
  4. Siklus berikutnya (jika ada)
  5. Pembahasan antar siklus

Uraian tiap siklus meliputi: (a) Perencanaan tindakan (Skenario pembelajaran), (b) Pelaksanaan tindakan (deskripsi proses pembelajaran), (c) Pelaksanaan observasi (sajian hasil analisis data), dan (d) Refleksi (kajian terhadap indikator kinerja terhadap hasil dan proses pembelajaran dan analisis kritis hasil tiap siklus).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

  1. Simpulan
  2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Semoga ada manfaatnya bagi rekan-rekan sejawat yang hendak melakukan penelitian melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Teknik Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Teknik Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan.

1.  Judul Penelitian

Judul hendaknya dibuat secara ringkas dan mencerminkan tindakan, perbaikan pembelajaran, dan subyek sasaran.

Contoh:

(1).  Penerapan model group investigation untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas VIII SMPN 2 Nusa Penida. Pada contoh nomor 1, sebagai tindakan adalah model group investigation, perbaikan pembelajaran yang diharapkan adalah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika, dan subyek sasaran adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat.

(2).  Penerapan model project-based learning untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis bagi siswa kelas IX SMPN 5 Nusa Penida. Pada contoh nomor 2, sebagai tindakan adalah model project-based learning, perbaikan pembelajaran yang diharapkan adalah peningkatan hasil pembelajaran menulis, dan subyek sasaran adalah siswa kelas IX SMPN 5 Nusa Penida.

2.  Latar Belakang Masalah

Uraian latar belakang masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam PTK. Uraian tersebut mendeskripsikan permasalahan real yang dialami oleh guru dalam pembelajaran. Secara umum, masalah biasanya muncul disebabkan oleh tiga faktor. (1) Masalah berkaitan dengan karakter mata pelajaran atau pokok bahasan dari mata pelajaran tersebut. Dalam hal ini, guru mencermati tingkat kesulitan materi pelajaran, sehingga memerlukan pemecahan secara khusus melalui PTK. (2) Masalah berkaitan dengan faktor internal siswa. Termasuk dalam hal ini, adalah kurangnya minat dan bakat siswa terhadap pelajaran, rendahnya motivasi belajar, dan rendahnya hasil belajar siswa, semuanya memerlukan penanganan secara profesional melalui PTK. (3) Masalah yang berkaitan dengan fakror internal guru. Termasuk dalam hal ini, adalah kurangnya penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan dan penguasaan guru dalam mendesain, mengembangkan, menerapkan, mengelola, dan mengevaluasi proses dan sumber belajar. Faktor-faktor internal guru tersebut juga memerlukan refleksi secara obyektif dan melakukan tindakan sebagai akibat dorongan dari dalam diri untuk melakukan perbaikan diri yang akan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan, proses, dan hasil belajar siswa. Secara metodologis, ada enam pertanyaan yang jawabannya akan menuntun dalam penyusunan latar belakang masalah PTK, yaitu: (1) apa yang menjadi harapan? (2) apa kenyataan yang terjadi (3) apa kesenjangan yang dirasakan, (4) apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan (5) tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kesenjangan (6) apa kekuatan tindakan yang dilakukan tersebut dalam mengatasi kesenjangan?

3.  Identifikasi Masalah

Sesungguhnya, identifikasi masalah telah disinggung ketika peneliti mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi”) dan pertanyaan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan”. Namun, untuk lebih memperjelas, identifikasi masalah diungkapkan kembali secara tersendiri.

4.  Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan jelas skupnya, maka masalah yang telah diidentifikasi perlu dibatasi. Pembatasan masalah ditujukan pada objek penelitian, yaitu objek tindakan dan objek hasil tindakan. Batasan terhadap objek tindakan dilakukan dengan memberikan penjelasan istilah secara konseptual, sedangkan batasan masalah terhadap objek hasil tindakan dilakukan dengan menyajikan definisi operasional. Definisi operasional mengarah pada pengukuran. Setelah masalah dibatasi dengan cermat, maka diajukan rumusan masalah. Rumusan masalah penelitian tindakan kelas dinyatakan dalam kalimat tanya. Esensinya adalah menanyakan apakah tindakan dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

“ Bagaimana model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?”

5.  Cara Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang diungkapkan adalah ringkasan dari kerangka konseptual. Ringkasan ini menampilkan bagian-bagian esensial dari kerangka konseptual yang dapat mencerminkan alternatif tindakan yang akan dilakukan. Walaupun cara pemecahan masalah ini masih dalam bentuk konsepsi, namun tetap dapat melukiskan jawaban terhadap masalah yang diajukan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, maka cara pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut:

Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakan model group investigation. Secara konseptual, model group investigation terdiri dari 6 langkah pembelajaran, (1) grouping, (2) planning, (3) investigating, (4) organizing, (5) presenting, dan (6) evaluating. Keenam langkah pembelajaran tersebut mencerminkan konteks (grouping dan planning), input (grouping dan planning), proses (investigating, organizing, presenting, dan evaluating), dan produk (evaluating). Dalam rangka memecahkan masalah secara lebih optimal, penerapan model group investigation dipadukan dengan evaluasi model CIPP. Perpaduan antara model group investigation dan evaluasi model context—input—process–product (CIPP) memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan keterampilan-keterampilan berpikirnya secara optimal. Oleh sebab itu, penerapan model group investigation diyakini dapat keterampilan berpikir siswa.

6.  Tujuan Tindakan

Tujuan penelitian tindakan diungkapkan dalam kalimat pernyataan. Tujuan diungkapkan secara optimis bahwa perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dengan tindakan yang diadopsi tersebut. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

“Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat dengan model pembelajaran group investigation.

7.  Manfaat Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas, Guru atau peneliti secara tidak langsung akan mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran (suplemen buku ajar, desain pembelajaran, perangkat keras dan atau perangkat lunak praktikum, alat evaluasi, dan lain-lain) yang koheren dengan teori yang mendasari tindakan. Rumuskan manfaat perangkat-perangkat pembelajaran tersebut kaitannya dengan upaya melakukan perbaikan pembelajaran. Di samping itu, Guru atau peneliti akan berhasil mengeksplorasi atau mengungkap temuan data atau fakta empiris. Lakukan prediksi terhadap data atau fakta empiris tersebut dan rumuskan manfaatnya. Semua manfaat yang dirumuskan tersebut dispesifikasi untuk siswa, Guru, peneliti, sekolah, atau pihakpihak lain yang berkepentingan.

8.  Krangka Konseptual

Kerangka konseptual sangat penting untuk diformulasikan. Kerangka konseptual merupakan landasan yang kuat dilakukannya tindakan tersebut. Dengan dasar konseptual peneliti yakin dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Kerangka konseptual hendaknya diformulasikan sejelas-jelasnya, karena rumusan tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan, langkah-langkah operasional tindakan, dan evaluasi. Jadi, kerangka konseptual mendasari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Oleh sebab itu, kerangka konseptual seyogyanya dibuat secara spesifik dan memiliki keunggulan teoretik dibandingkan dengan perspektif yang mengalami anomali ketika peneliti mencermati permasalahan. Kerangka konseptual hendaknya merupakan kombinasi antara reviu teoretis dan empiris. Pertemuan antara landasan teori dan pengalaman empiris tersebut akan melahirkan kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kesimpulan tersebut merupakan hipotesis tindakan. Terkait dengan contoh judul nomor 1, kerangka konseptual baik teoretis maupun empiris yang perlu direviu adalah: (1) karakteristik pembelajaran matematika, (2) proses pembelajaran, (3) model pembelajaran group investigation, (4) evaluasi CIPP dan kaitannya dengan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Kerangka konseptual seyogyanya diakhiri dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan preskripsi yang disusun sendiri oleh peneliti (guru) berdasarkan kerangka konseptual yang telah disusun. Preskripsi tersebut menggambarkan keefektifan hubungan secara konseptual antara tindakan yang dilakukan dan hasil-hasil tindakan yang diharapkan. Akan lebih jelas, apabila kerangka berpikir dilukiskan dengan diagram balok.

9.  Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Hipotesis menyatakan secara tegas bahwa tindakan yang dilakukan dapat melakukan perbaikan pembelajaran. Terkait dengan contoh judul 1, maka rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran group investigation dengan pemberdayaan evaluasi CIPP dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat.

10.  Cara Penelitian

Cara penelitian yang akan dijelaskan adalah: (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, (7) kriteria keberhasilan tindakan.

11.  Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang dimaksud adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cuman yang perlu ditekankan adalah rancangannya akan ditetapkan berapa siklus dalam penelitian itu. Hal tersebut adalah otoritas peneliti, karena hanya peneliti yang tahu. Hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan banyaknya siklus adalah: waktu yang tersedia, panjangnya pokok bahasan, karakteristik materi, siswa semester berapa yang akan menjadi subyek, dan sebagainya. Secara teoretis, sesungguhnya siklus PTK tidak harus ditetapkan terlebih dulu. Banyaknya siklus yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Jika penelitian dalam dua siklus telah mencapai kriteria keberhasilan, maka penelitian dapat dihentikan. Namun, jika dilihat dari beragamnya karakteristik materi pelajaran, keberhasilan pada siklus sebelumnya tidaklah 100% akan menjadi jaminan bagi keberhasilan siklus berikutnya, oleh karena peneliti akan banyak berurusan dengan karakteristik materi pelajaran yang sering berbeda. Di samping itu, PTK tidak bertujuan memenuhi keinginan peneliti, tetapi bertujuan lebih memuaskan subyek sasaran yang akan belajar pada sejumlah silabus dengan karakteristik materi yang beragam. Itulah sebabnya penentuan jumlah siklus tetap menjadi otoritas peneliti. Tetapi yang tidak dapat dilupakan, bahwa setiap siklus akan selalu terdiri dari 4 langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi.

12.  Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks pendidikan di sekolah, subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala sekolah. Dalam kontek pembelajaran di sekolah, subjek penelitian umumnya adalah siswa. Tetapi harus dijelaskan siswa kelas berapa, semester berapa pada tahun akademik tertentu, hal ini karena terkait dengan asal masalah yang dirasakan oleh Guru bersangkutan. Jika masalah dirasakan di kelas VIII semester I, maka sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas VIII semester I. Tentunya, klarifikasi mengapa siswa di kelas VIII semester I itu digunakan sebagai subjek, harus diungkapkan secara jelas. Objek penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu (1) objek yang mencerminkan proses dan (2) objek yang mencerminkan produk. Objek yang mencerminkan proses merupakan tindakan yang dilakukan berikut perangkat-perangkat pendukungnya. Sedangkan objek yang mencerminkan produk merupakan masalah pembelajaran yang diharapkan mengalami perbaikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Tanggapan siswa cukup penting diperhitungkan sebagai objek penelitian, karena esensi penelitian tindakan kelas adalah students satisfaction. Tanggapan siswa tersebut juga dapat mencerminkan secara tidak langsung mengenai proses tindakan. Tanggapan positif mencerminkan proses pembelajaran yang kondusif, sedangkan tanggapan negatif mencerminkan proses pembelajaran yang kurang kondusif. Tekait dengan contoh judul nomor 1, maka sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 1 Kikim Barat Kabupaten Lahat pada tahun pelajaran 2007/2008. Sebagai objek penelitian, adalah: model group investigation, keterampilan berpikir kritis siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan.

13.  Prosedur penelitian

Yang dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah operasional baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, maupun refleksi. Langkah-langkah operasional tersebut bersumber dari kerangka konseptual yang diuraikan pada bagian sebelumnya.

Perencanaan. Uraikan langkah-langkah kolaborasi yang dilakukan, fakta-fakta empiris yang diperlukan dalam rangka tindakan, sosialisasi esensi tindakan dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada guru sejawat dan siswa, perangkat_perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian yang akan disiapkan dan dikembangkan.

Pelaksanaan. Uraikan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dikembangkan pada langkah perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran ini akan sesuai dengan hakikat teori yang mendasari strategi pembelajaran, atau sesuai dengan sintaks model pembelajaran yang diadaptasi. Langkah-langkah pembelajaran tersebut hendaknya dibuat secara rinci, karena akan mencerminkan kualitas proses pembelajaran yang akan dihasilkan.

Observasi/Evaluasi. Observasi dilakukan terhadap interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-interaksi yang dimaksud dapat mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antar siswa, interaksi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu, uraian secara jelas tindakan yang dilakukan tertuju pada interaksi yang mana saja, bagaimana melakukan observasi, seberapa sering obserbasi itu dilakukan, dan apa tujuan observasi tersebut. Observasi yang utuh akan mencerminkan proses tindakan yang berlangsung. Untuk memperoleh data yang lebih akurat, observasi sering dilengkapi dengan perekaman dengan tape atau video. Evaluasi biasanya dilakukan untuk mengukur obyek produk, misalnya kualitas proses pembelajaran, sikap siswa, kompetensi praktikal, atau tanggapan siswa. Untuk itu, uraikan evaluasi yang dilakukan, jenisnya dan tujuannya, dan untuk mengukur apa evaluasi itu dilakukan.

Refleksi. Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya direfleksi tingkat ketercapaiannya baik yang terkait dengan proses maupun terhadap hasil tindakan. Refleksi ini bertujuan untuk memformulasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-kelemahaman dan atau hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam pencapaian tujuan secara optimal, dan respon siswa. Refleksi ini harus dijelaskan secara rinci. Tujuannya adalah untuk melakukan adaptasi terhadap strategi/pendekatan/metode/model pembelajaran yang diterapkan, lebih memantapkan perencanaan, dan langkah-langkah tindakan yang lebih spesifik dalam rangka pelaksanaan tindakan selanjutnya.

14.  Instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data

Instrumen sangat terkait dengan obyek penelitian, utamanya obyek produk. Instrumeninstrumen tersebut misalnya: pedoman observasi, checklist, pedoman wawancara, tes, angket, dan lain-lain. Uraikan instrumen yang diperlukan sesuai dengan PTK yang akan diakukan. Untuk contoh judul PTK yang pertama, maka instrumen yang diperlukan adalah: pedoman penilaian tentang kinerja dan portofolio siswa, baik yang terkait dengan konteks, input, proses, maupun yang terkait dengan produk yang dihasilkan. Dalam contoh ini, kriteria penilaian (rubrik) mutlak diperlukan. Teknik pengumpulan data menekankan secara lebih spesifik tentang cara mengumpulkan data yang diperlukan. Apabila data yang diperlukan adalah kompetensi praktikal siswa di laboratorium, maka teknik pengambilan datanya adalah observasi. Apabila data yang akan dikumpulkan adalah hasil belajar kognitif, maka teknik pengumpulannya adalah tes lisan atau tes tertulis, portofolio, atau asesmen otentik. Apabila data yang akan dikumpulkan adalah respon siswa, maka tekniknya adalah angket atau wawancara, dan seterusnya. Uraikanlah teknik pengumpulan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan PTK.

15.  Teknik analisis data dan kriteria keberhasilan

Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan simpangan baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah penelitian. Misalnya, bagaimana metode demontrasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar? Hasil analisis data hendaknya dikonsultasikan dengan makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat lainnya. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya digunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar, pedoman konversinya adalah sebagai berikut:

Interval Kualifikasi

00,0 – 39,9 adalah Sangat kurang

40,0 – 54,9 adalah Kurang

55,0 – 69,9 adalah Cukup

70,0 – 84,5 adalah Baik

85,0 – 100 adalah Sangat baik

Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata minimal 55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual adalah nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.

Demikianlah posting tentang teknik penyusunan proposal ptk kali ini, mudah_mudahan bermanfaat bagi rekan_rekan guru. adapun bagi anda yang membutuhkan sesuatu tentang ptk, silakan tinggalkan pesan atao beri komentarnya aja. oce!!! 🙂

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa keseluruhan proses PTK selengkapnya terdiri atas tahapan-tahapan seperti yang dilukiskan pada Bagan 02, yang pada pokoknya terdiri dari empat tahapan.

1. Refleksi Awal, Gagasan Umum, Penelaahan Lapangan, dan Tema Kepedulian

Keempat tahapan berpikir ini adalah langkah awal yang merupakan akumulasi dan rasa ketidakpuasan seorang Guru atau hasil renungannya terhadap kinerja yang dilakukan. Refleksi awal tidak lain merupakan latar belakang masalah untuk melahirkan gagasan umum. Penelaahan lapangan adalah keberhasilan dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada. Menganalisis sumber penyebabnya, dan berdasarkan logika ilmiah diwujudkanlah tema kepedulian yang merupakan permasalahan pokok yang akan diteliti. Agar hasil penelaahan lapangan dapat seakurat mungkin, maka Guru dianjurkan menyimak kepustakaan penelitian pendidikan (jurnal dan buku sumber) dan pengalaman pribadinya. Hal ini akan membantu kerja yang lebih tepat. Di samping itu, kajian kepustakaan akan menyadarkan Guru ke arah kesiapan pengenalan nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai sosial, minat siswa dan atau kelompok kerjanya, yang semuanya akan mempengaruhi rasionalitas, keterbukaan, dan keserasian kerja.

Sebagai ilustrasi, misalkan seorang Guru Biologi sangat peduli terhadap hasil belajar siswanya yang selalu terpuruk (dilihat dari nilai formatif, sumatif, dan ebtanas). Guru mulai bertanya-tanya mengapa nilai siswa selalu buruk? Padahal pembelajaran telah dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, banyak pembahasan masalah-masalah nyata, sering ulangan, dan sebagainya. Setelah diselidiki lebih jauh, misalnya dengan mengadakan wawancara pada beberapa siswa, terungkap bahwa siswa kurang puas dengan model pembelajaran diskusi biasa yang diterapkan selama ini. Disinyalir bahwa Guru tidak pernah mengubah cara memfasilitasi pembelajaran, tidak pernah mengajak siswa bereksperimen atau penyelidikan. Berdasarkan data tersebut, Guru mulai memikirkan tema kepeduliannya, misalnya Penerapan Model Problem-Based Learning Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Dasar Siswa Pada Bidang Studi Biologi. Rumusan-rumusan tema tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam rumusan masalah, misalnya apakah penerapan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan kompetensi dasar siswa? Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran biologi dengan model Problem-Based Learning? Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, Guru hendaknya menyimak tentang peranan Model Problem-Based Learning dalam peningkatan kompetensi dasar siswa, sehingga dia dapat merumuskan hipotesis tindakan.

2. Perencanaan

Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebainya perencanaan tersebut didiskusikan dengan Guru yang lain unutk memperoleh masukan.

Berkaitan dengan contoh permasalahan dan tema kepedulian yang telah diuarikan tersebut, alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK adalah menyiapkan rancangan pembelajaran dan lembaran kerja siswa dengan model Problem-Based Learning, mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem-Based Learning, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian kinerja, , menyiapkan tes kompetensi kognitif, menyiapkan tes sikap, meyiapkan format observasi, menyiapkan angket respon siswa.

3. Pelaksanaan Tindakan

Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka Guru hendaknya merumuskan perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.

Sesuai dengan contoh permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka tindakan dapat dilakukan sesuai dengan berikut. Pertama-tama Guru menyajikan permasalahan kepada siswa. Selanjutnya, dia bisa memulai pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai dengan model Problem-Based Learning. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masing-masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa. Komentar hendaknya menyatakan penilaian kuantitatif pada setiap tahap yang dikehendaki secara logis. Komentar berikut nilai dikembalikan kepada siswa untuk dibahas pada pertemuan berikutnya. Agar waktunya efisien, maka diadakan identifikasi kesalah pahaman siswa sekaligus dapat dikelompokkan jenis-jenis kesalah pahaman tersebut. Setelah pembahasan tentang hasil asesmen tersebut selesai, mulailah pembelajaran topik baru, dan demikian seterusnya.

4. Observasi dan Evaluasi

Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh Guru lain. Di sinilah letak kerja kolaborasi antar profesi. Namun, jika petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya. Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, Guru dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.

Seacara ilustratif, berkaitan dengan contoh permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka pemantauan dilakukan untuk mengamati selama pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket.

5. Refleksi

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, Guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan. Refleksi terdiri atas 5 komponen, yaitu Analisis; Sintesis; Pemaknaan; Penjelasan; dan Penyusunan Kesimpulan

Kelima komponen itu dapat terjadi secara berurutan, atau terjadi bersamaan. Apabila Guru selaku pelaksana PTK telah memiliki gambaran menyeluruh mengenai apa yang terjadi pada fase sebelumnya, maka kalau dia ingin melanjutkan tindakan berikutnya, dia harus memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Pengkajian seperti itu dilakukan dengan tetap memperhatikan ke seluruhan tema kepedulian PTK yang sedang berjalan dan tentu saja dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai atau perubahan yang diharapkan. Dalam rangka menetapkan tindakan selanjutnya, Guru hendaknya jangan semata-mata terpaku kepada faktor-faktor penyebab yang berhasil dianalisis, tetapi yang lebih penting adalah penetapan langkah berikutnya merupakan hasil renungan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan, perkiraan peluang yang akan diperoleh, kendala atau kesulitan bahkan ancaman yang mungkin dihadapi. Hasil refleksi hendaknya didiskusikan sebelum diambil suatu keputusan, lebih-lebih hasil refleksi yang akan digunakan sebagai dasar kesimpulan dan rekomendasi.

Berikut disajikan contoh ilustrasi refleksi. Misalkan hasil observasi terungkap bahwa dari strategi (misalkan diskusi kelas) yang telah digunakan dalam pembelajaran, ternyata siswa ribut, kurang bertanggung jawab, kesiapannya kurang. Hasil observasi terhadap proses pembahasan hasil asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi terhadap materi pelajaran, temannya, dan terhadap Guru. Hasil analisis kompetnsinya terungkap masih rendah (belum mencapai target minimal). Respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara optimal dalam waktu singkat, sulit mendapat giliran dalam diskusi kelas, tidak ada kesesuaian antara materi diskusi dengan materi tes, dan lain-lain. Terhadap semua data tersebut, maka Guru melakukan refleksi. Misalnya diskusi kelas diubah menjadi diskusi kelompok, lebih banyak menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, memberikan tugas sebelumnya kepada siswa, menunjuk secara bergiliran siswa untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara kualitatif atau kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum pembelajaran berikutnya, sasaran belajar dirumuskan secara realistis yang mudah diukur, dan lain-lain.

Demikianlah tentang proses penelitian tindakan kelas, jika anda membutuhkan sesutau berkenaan dengan penelitian tindakan kelas (ptk), maka silakan tinggalkan pesan atau berikan komentar. Mudah_mudahan saya bisa membantu anda semampunya. 🙂

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan proses pengkajian suatu masalah pada suatu kelas melalui sistem daur ulang dari berbagai kegiatan, seperti yang ditunjukkan oleh urtan berikut ini :

<[ Merencanakan, kemudian Melakukan Tindakan, kemudian Mengamati dan menilai, kemudian Merefleksikan, kemudian Merencanakan,  kemudian Melakukan Tindakan, kemudian Mengamati dan Menilai, kemudian Merefleksikan, dan seterusnya ]>

Daur tersebut dapat dilaksanakan bertolak dari hasil refleksi diri tentang adanya unsur ketidakpuasan diri sendiri terhadap kinerja yang dilakukan dan yang dilalui sebelumnya. Misalnya, Guru sadar bahwa hasil belajar siswa pada bidang studi yang diasuh selalu terpuruk. Guru saat itu berpikir tentang strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini, fasilitas yang mendukung pelajaran, lalu mencari kelemahan-kelemahan kinerja yang telah dilakukan yang diduga sebagai penyebab terpuruknya hasil belajar siswa. Untuk merencanakan tindakan perbaikan, ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu Guru, sebagai berikut. (1) Apa kepedulian anda terhadap kelas itu? (2) Mengapa anda peduli terhadap hal tersebut? (3) Apa yang menurut pendapat anda, anda dapat lakukan berkenan dengan hal itu? (4) Bukti-bukti yang bagaimana yang dapat anda kumpulkan untuk membantu menelaah apa yang terjadi? (5) Bagaimana anda akan mengumpulkan buktibukti itu? (6) Bagaimana anda akan memeriksa bahwa pertimbangan anda mengenai apa yang terjadi itu cukup tepat dan cermat? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu akan menghasilkan penilaian praktis tentang situasi yang dihadapi dan menghasilkan pula rencana yang mungkin digunakan untuk menangani situasi itu. Dalam hal seperti itu, daur ulang yang serupa dengan yang dikemukakan tersebut terjadi pula, yaitu dengan terjadinya apa yang dirasakan Guru.

1.  Guru mengalami suatu masalah dalam mengajar apabila sistem nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2.  Guru membayangkan pemecahan masalah tersebut.

3.  Guru bertindak sesuai dengan cara pemecahan yang dibayangkan.

4.  Guru menilai hasil upaya pemecahan itu.

5.  Guru memperbaiki praktik, rencana, dan gagasan-gagasan mengajar dengan strategi baru sesuai dengan hasil penilaian itu.

6.  Guru menerangkan hasil perubahan itu sambil menelaah dampaknya terhadap hasil kerjanya.

Bagi anda yang membutuhkan sesuatu tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), silakankan tinggalkan pesan atau komentar. Insya Allah akan saya bantu sebisanya. terima kasih 🙂

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan. Tujuan_tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.

2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan.

3. Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Adapun manfaat_manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah, karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai akibat Guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat berpuas diri lalu diam di zone nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk meraih hari esok lebih baik dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa kepedulian untuk memecahkan masalah_masalah praktis dalam kesehariannya. Manfaat lainnya, bahwa hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan secara empirik.