Metode Insya’ (Metode Mengarang)


Writed by : Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

22.  Metode Insya’ (Metode Mengarang)

Metode insya’ yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab. Untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya.

Melalui metode ini iharapkan siswa dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.

Tujuan Pembelajaran Insya’

Adapun yang menjadi tujuan dalam menggunakan metode insya atau metode mengarang adalah sebagai berikut :

  • Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahas Arab.
  • Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis berupa karangan lisan
  • Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden dalam bahasa Arab
  • Siswa dapa tmengarang buku-buku cerita yang menarik
  • Siswa dapat menyajikan berita / peristiwa kejadian dalam lingkunganmasyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah lainnya, yang aktual dan mrangsang.

Metode Mengajar Insya’

  • Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka
  • Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
  • Sedangkan pada kelas-kelas atas, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh
  • Sedangkan pada kelas / tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmia lainnya. Dan siswa mengembangkannya
  • Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi
  • Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik
  • Guru mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gunanya
  • Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik

Saran-Saran :

Adapun saran-saran yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode insya’ atau metode mengarang dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

  • Guru hendaknya merencanakan pengajaran insya’ secata matang
  • Dalam memilih topik insya’ maka perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis
  • Pada umumnya tugas resitasi (pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar dan terlatih dalam insya’. Asalkan tidak terlalu sering dilakukan.

Metode Imla’ (Metode Dikte)


Writed by : Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

21.  Metode Imla’

Metode Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan acar pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.

Tujuan Metode Imla’

Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :

  • Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
  • Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetai terampil pula menuliskannya. Dengandemikian pengetahuan anak menjadi inegral. (terpadu)
  • Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasaarab.
  • Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
  • Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
  • Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.

Metode Mengajar Imla’

Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,gru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.

Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut :

1)      Memeberikan, apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adlah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.

2)      Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

  • Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
  • Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
  • Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jikaperlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
  • Setelah selesai membca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
  • Menagdakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
  • Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
  • Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
  • Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai

3)      Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

  • Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acar imla’
  • Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
  • Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
  • Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
  • Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
  • Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.

4)      Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan

Saran-Saran Dalam Menggunakan Metode Imla’

Adapun berikut ini adalah beberapa saran dalam menggunakan metode imla’ sebagai berikut :

  • Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi danterang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembek sehingga tidak diengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa .
  • Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
  • Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
  • Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
  • Mengadakan evaluasi / post test.

Metode Herbart (Herbart Method)


Writed by : Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/04/metode-herbart-herbart-method/

20. Metode Herbart

Metode Herbart diambil dari nama seorang penciptanya yaitu ; Johan priedrich Herbart (1776-1841). Sebagai seorang ahlia dalam bidang filsafat dan ilmu jiwa asosiasi, Herbart banyak memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan. Antara lain Herbart telah berhasil menciptakan suatu metode mengajar yang dalam banyak hal dapat memberikan sumbangan dalam proses belajar mengajar

Metode Herbart yaitu suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghubung-hubungkan antara tanggapan lama dengan tanggapan yang baru sehingga menimbulkan berbagai tanggapan dari siswa

Langkah-langkah metode Herbart yang perlu dilakukan sebagai berikut :

1.  Tahap persiapan. Pada langkah persiapan, guru mempersiapkan secara matang terhadap bahan/materi pelajaran yang akan disajikan, kemudian mengadakan apersepsi terhadap pelajaran yang telah/lalu dengan pelajaran yang akan diberikan

2. Tahap penyajian bahasa pelajaran. Setelah diadakan apersepsi, langkah berikutnya guru mulai memberikan materi pelajaran, dengan dimulai dari hal-hal yang kongkret kepada yang abstrak, dari yang mudah/sederhana menuju kepada yang sukar/muskil. Sehinggga pelajaran dapat diberikan berurutan dan sistematis

3.  Proses asosiasi. Pada langkah ini guru mengadakan asosiasi/menautkan atau menghubungkan serta membandingkan pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang telah diberikan/akan diberikan sehingga pelajaran memiliki hubungan simultan

4. Pengorganisasian bahan. Langkah berikutnya adalah mengorganisasi bahan yang baru dengan yang lama itu sebagai suatu hasil hubungan asosiasi yang menjadi suatu sistem pengertian yang kompak dan utuh. Tidak terpisah-pisah dan terpotong-potong

5. Aplikasi (penerapan). Sebagai langkah terakhir, guru memberikan soal-soal, latihan-latihan dan mempraktekkan hasil pelajaran yang telah diberikan.

Keunggulan metode Herbart yaitu :

  1. Pelajaran disajikan secara beruruta/sistematis
  2. Pengetahuan anak menjadi utuh dan fungsional
  3. Siswa dapat mengetahui hubungan dan kaitan dari masing-masing mata pelajaran. Sehingga dapat menentukan urutan stadia (tangga) pelajaran tersebut.
  4. Pelajaran bernilai praktis, dan dapat diaplikasikan tidak hanya teori

Kelemahan metode Herbert adalah :

  1. Pelajaran biasanya cenderung dipaksa-paksakan
  2. Pengajaran bersifat mekanik. Dan terlalu menganggap anak sebagai mesin yang siap dibawa dan digerakkan
  3. Fleksibelitas kurikulum kurang diperhatikan
  4. Untuk menyusun rencana pengajaran, memakan waktu agak panjang

Metode Socrates (Socrates Method)


Writed by : Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber : https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/04/metode-socrates-socrates-method/

19. Metode Socrates

Metode Socrates adalah metode yanng dibuat/dirancang oleh seorang  tokoh filsafat Yunani yang ulung. Yaitu Socrates (hidup antar tahun 469-399)  sebelum masehi.

Metode Socrates (Socrates Method), yaitu suatu cara menyajikan bahan/amateri pelajaran, dimana anak didik/ siswa dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan jawabannya, atas dasar kecerdasannya dan kemampuannya sendiri

Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa pada tiap individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan serta kesalahan. Dan dengan demikian seseorang sekalipun kelihatannya bodoh mungkin pula berpendapat / berbuat sebaliknya.

Langkah-langkah metode Socrates yaitu :

  1. Menyiapkan deretan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa, dengan memberi tanda atau kode-kode tertentu yang diperlukan
  2. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa diharapkan dapat menemukan jawabannya yang benar
  3. Jika pertanyaan yang diajukan itu terjawab oleh siswa, maka guru dapat melanjutkan/mengalihkan pertanyaan berikutnya hingga semua soal dapat selesai terjawab oleh siswa.
  4. Jika pada setiap soal pertanyaan yang diajukan ternyata belum memenuhi tujuan, maka guru hendaknya mengulangi kembali pertanyaan tersebut. Dengan cara memberikan sedikit ilustrasi, apersepsi dan sekedar meningkatkan dan memudahkan berpikir siswa, dalam menemukan jawaban yang tepat dan cermat.

Kebaikan metode Socrates adalah :

  1. Membimbing siswa berpikir rasional dan ilmiah
  2. Mendorong siswa untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan
  3. Menumbuhkan motivasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dan pikiran sendiri
  4. Memupuk rasa percaya pada diri sendiri
  5. Meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang menimbulkan persaingan yang dinamis
  6. Menumbuhkan disiplin

Kekurangan metode Socrates sebagai berikut :

  1. Metode Socrates dalam pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah tingkat rendah. Sebab siswa belum mampu berpikir secara mandiri
  2. Metode Socrates terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat dipandang sebagai mesin, yang selalu siap untuk digerakkan
  3. Lebih menekankan dari segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif (penghayatan/perasaan). Padahal pengajaran agama sangat menonjolkan segi perasaan dan penghayatan ini
  4. Kadang-kadang tidak semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena metode Socrates menuntut dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama aktif untuk belajar dan menguasai bahan/ilmu pengetahuan.

Saran-saran :

  1. Metode Socrates sangat baik diterapkan pada tingkat-tingkat atas dan perguran tinggi. Untuk melatih ketangkasan dan kecerdasan
  2. Perlu perencanaan secara matang, dan menguasai bahan/materi yang akan diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal
  3. Perlu diselingi dengan metode-metode lain. Seperti metode diskusi, demonstrasi, dan selingan lain yang dapat meghilangkan kejenuhan dan ketegangan
  4. Bahan/materi yang akan disajikan, hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kecerdasan anak didik
  5. Pada setiap akhir pertanyaan selesai dijawab oleh siswa, guru dapat memberikan ulasan dan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pertanyaan yang terjawab itu.

Pada pelajaran agama, metode Socrates dapat diterapkan dalam menyajikan bahan pelajaran Sejarah Islam, Fiqih, yang memerlukan pemikiran dan penguasaan melalui dalil-dalil dan argumentasi yang kuat.

Metode Proyek (Project Method)


Writed by :  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber : https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/03/metode-proyek-project-method/

18.  Metode Proyek (Project Method)

Kata proyek berasal dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan, rancangan, rencana. Jadi memproyeksikan berarti : merancang, merencanakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Mempunyai perencanaan yang baik (planning) di dalam kegiatan-kegiatan tahunan dan sebagainya.

Dengan kata lain, metode proyek yaitu cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya.

Metode proyek ini untuk pertama kalinya, diperkenalkan oleh John Dewey. Yang kemudian dikembangkan oleh W.H. Kilpatrik. Di Eropa abad XX ini giat sekali mengembangkan metode proyek ini. Di Indonesia metode proyek ini mendapat perhatian yang besar dari kalangan pembaharuan pendidikan dan pengajaran.

Langkah-langkah yang ditempuh melalui metode proyek ini yaitu :

Pertama :       Merencanakan proyek yang akan dilaksanakan. Misalnya ; berapak kali kita melakukan proyek selama satu tahun.

Kedua :       Pengalokasian waktu, dengan menghitung berapa minggu diadakan proyek dalam satu tahun. Misalnya untuk sementara waktu tiga kali dalam satu tahun sudah mencukupi. Tiap-tiap masa belajar 2 ½ bulan lamanya, diselingi masa proyek kira-kira satu bulan.

Mengenai pengalokasian waktu, misalnya dapat kita beri contoh di bawah ini .

Contoh alokasi waktu proyek dalam satu tahun :

Aug

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Masa belajar

Masa belajar Masa belajar Masa belajar Masa belajar

Masa belajar

Ini berarti jika dalam satu tahun ada 42 minggu kita pergunakan tiga kali dalam setahun untuk pelajaran proyek. Tiap-tiap bagian misalnya 4 minggu untuk proyek, maka dalam tiga bagian tersebut ada 12 minggu untuk proyek. Tentu saja di dalam 12 minggu tidaklah penuh 100% untuk metode proyek tersebut.

Proyek biasanya tidak lebih dari 50% dari waktu yang diperlukan. Jadi berarti hanya dipergunakan waktu ± 6 minggu dalam 1 tahun. Atau hanya 1/7 bagian dari seluruh waktu perjalanan/belajar yang disediakan. Dan ini waktunya tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit (jadi sedang).

Keunggulan metode proyek :

  1. Dengan pengajaran royek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri
  2. Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
  3. Melalui metode proyek memperhatikan segi minat, perbedaan serta kemampuan masing-masing individu siswa
  4. Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik
  5. Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat/berkarya

Kekurangan metode proyek :

  1. Memerlukan perencanaan yang matang
  2. Tidak smua guru merencanakan/terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode proyek guru dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek secara terencana
  3. Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi siswa
  4. Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek masih siulit dilaksanakan. Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari, membaca, memikirkan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri
  5. Dilihat dari segi aktivitasnya, organisasi sekolah menjadi tidak sederhana. Disamping memerlukan banyak fasilitas, tenaga dan finansial

Metode Study Tour (Karyawisata)


Writed by ; Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber :  https://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/31/metode-study-tour-karyawisata/

17.  Metode Study Tour (Karyawisata)

Karyawisata atau sering disebut study tour, yaitu melakukan studi kunjungan, kesuatu tempat atau obyek tertentu.

Dengan kata lain metode karya wisata yaitu suatu cara mengajar dengan jalan guru mengajar atau membawa siswa ke suatu tempat/obyek tertentu yang ada hubungannya dengan pendidikan atau memiliki nilai sejarah dan sebagainya. Misalnya guru membawa siswa-siswa untuk mengunjungi tempat-tempat, seperti : pabrik-pabrik (pabrik mobil, pabrik tenun, pabrik tapioka), mengunjungi tempat percetakan-percetakan, tempat kebun binatang, musium perjuangan, makam pahlawan, panti-panti asuhan, yayasan-yayasan yatim paiatu, dan lain-lain tempat yang sangat baik untuk dikunjungi dalam rangka mengkongkretkan bahan-bahan pengajaran/pengalaman lapangn

Dengan karya wisata dimaksudkan agar siswa dapat menyaksikan secara langsung, bagaimana proses pembuatan mobil itu, membuat kain dan merancang pakaian yang indah, menyaksikan bagaimana mengeliola berbagai Mass Media sehingga menjadi bahan bacaan dan informasi yang berharga. Demikian juga dengan mengunjungi kehidupan binatang di kebun bintang, dan musium-musium yang memiliki nilai sejarah. Sehingga dengan kunjungan karyawisata itu siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung yang bermanfaat untuk dihayati dan dipraktekkan.

Daam pendidikan agama Islam, melalui metode karyawisata ini sangat bermanfaat bagi anak didik untuk membangkitkan jiwa dan semangat agama mereka dengan melalui kunjungan ke tempat-tempat panti asuhan anak yatim, yang memerlukan santunan dan uluran tangan dari kaum muslim smua. Demikian pula bertamasya ke suatu tempat berpemandangan yang indah yang menakjubkan dan menggugah semangat jiwa keagamaan siswa sebagai suatu ciptaan Tuhan yang ajaib dan mengagumkan, dengan seraya berkata :

Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharaklah kami dari siksa neraka

Dan ini berarti satu aspek jiwa agama telah kita tanamkan kepada anak-anak Islam kita

Keunggulan metode karya wisata :

  1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung bagaimana proses pembuatan / merakit mobil, merancang/menenun pakaian yang indah, dan bagaimana kehidupan binatang di kebun binatang yang kadang-kadang jarang mereka lihat di kelas itu.
  1. Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di lapangan dengan mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat, menyimpulkan dan lain-lain terhadap hal-hal yang belum/kurang dipahami
  2. Dengan melalui dua hal tersebut diatas, dimungkinkan siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata/hasil kunjungannya.
  3. Pengetahuan siswa menjado integral / terpadu
  4. Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh
  5. Menimbulkan cakrawala pikir/ harizon yang luas dan intuisif

Kekurangan metode karya wisata :

  1. Dari segi perencanaan dan pelaksanaannya, metode karya wisata ini memakan waktu yang cukup lama/panjang
  2. Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang efisien dan efektif
  3. Dapat membawa resiko perjalanan cukup besar
  4. Karya wisata cenderung berdifat serimonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Karyawisata :

Agar metode karya wisata dapat terlaksana dengan efektif, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai secara matang
  2. Dapat mempertimbangkan segi untung  rugi serta manfaat karya wisata dilaksanakan
  1. Jika karyawisata menuju tempat-tempat pabrik, ke suatu percetakan, musuam bersejarah dan ke panti asuhan biasanya diadakan terlebih dahulu kontak / hubungan dengan pimpinan instansi bersagkutan, dan menetapkan waktu pelaksanaannya
  2. Mempersiapkan segala perangkat/peralatan yang diperlukan dalam perjalanan
  3. Bila diperlukan bentuklah tim panitia pelaksana karya wisata. Yang bertugas mengkoordinir dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan karyawisata dan keamanan
  4. Membuat tata tertib yang harus ditaati, merencanakan waktu yang tepat, rencana biaya dan sebagainya jauh-jauh hari sebelumnya
  5. Mendiskusikan hasil karyawisata, serta merumuskan follow up dari hasil karya wisata. Misalnya dengan membuat laporan dan karangan ilmiah
  6. Perli berhati-hati agar pelaksanaan metode ini tidak hanya merupakan pikink belaka

Metode Pembelajaran Inquiry


Writed by : Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber : https://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/30/metode-inquiry/

16.  Metode Inquiry

Inquiry yaitu salah satu metode pengajaran dengan cara guru menyuguhkan suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki, dan memotivasi siswa untuk mencari pemecahan masalah.

Metode inquiry ditelusuri dari fakta menuju teori. Dengan harapan agar siswa terangsang untuk mencari dan meneliti, serta memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri

Dalam pelaksanaannya metode inquiry dapat dilakukan dengan cara guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus diselesaikan. Kemudian tugas itu mereka pelajari, mereka teliti, serta dibahas bersama-sama dalam kelompoknya. Setelah dibahas, dan didiskusikan, kemudian masing-masing kelompok itu membuat laporan hasil kerja, dengan cara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Inquiry juga dapat berjalan dengan cara sebagai berikut guru menunjukkan sesuatu benda/barang, atau buku yang masih asing bagi siswa didepan kelas. Kemudian semua siswa disuruh mengamati, meraba, melihat dan membaca dengan seluruh alat indera secara cermat. Lalu guru memberikan masalah, atau pertanyaan kepada seluruh siswa, yang sudah siap dengan jawaban atau pendapat. Dalam hal ini masalah yang diajukan kepada siswa itu tidak boleh menyimpang dari garis pelajaran yang telah diberikan/direncanakan tersebut, metode ini setingkat lebih maju dari problem solving, karena permasalahannya bersifat penelitian (research).

Keunggulan metode inquiry :

  1. Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam setai pemecahan masalah yang dihadapi
  1. Membantu dalam menggunakan ingatan, dan transfer pengetahuan pada situasi proses pengajaran
  2. Mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan intuitif, dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri
  3. Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka
  4. Situasi proses belajar mengajar menjadi hidup dan dinamis

Kekurangan metode inquiry :

  1. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara tradisional, merupakan beban yang memberatkan
  1. Pelaksanaan pengajaran melalui metode ini, dapat memakan watu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah
  2. Proses jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa cara belajar “nrimo” tanpa kritik dan pasif apa yang diberikan oleh gurunya
  3. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. Akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman nilai. Misalnya pada pengajaran agama, mengenai keimanan, ibadah dan akhlak
  4. Metode inquiry ini baru dilaksanakan pada tingkat SLTA, Perguruan Tingi. Dan untuk tingkat SLTP dan tingkat SD masih sulit dilaksanakan. Sebab pad tingkat tersbeut anak didik belum mampu berpikir secara ilmiah, merupakan ciri dari metode inquiry.

Hal-hal yang dapat mempertinggi teknik inquiry :

Agar teknik inquiry dapat dilaksanakan dengan baik, memerlukan kondisi belajar sebagai berikut :

  1. Menciptakan situasi kondisi yang fleksibel (tidak terlalu kaku) dalam interaksi belajar, dan siswa belajar dari perasaan takut dan tekanan
  1. Kondisi lingkungan yang dapat memancing gairah intelektual, dan semangat belajar yang tinggi
  2. Guru mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan responsif

Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)


Writed by: Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/29/metode-problem-solving-pemecahan-masalah/

15.  Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Problem solving, adalah uatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan dimana siswa dihadapkan dengan kondisi masalah. Dari masalah yang sederhana, menuju kepada masalah yang sulit/muskil.

John Dewey (AS), sebagai tokoh pencipta metode problem solving ini menyarankan agar dalam pelaksanaan melalui metode ini siswa/siswi dibiasakan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi kesulitan/masalah yang sedang dihadapinya. Baik mengenai dirinya sendiri, lingkungan maupun lingkungan dalam arti yang lebih luas, yakni masyarakat.

Pada pelajaran agama melalui penerapan metode problem solving ini, misalnya menyajikan bahan pelajaran fiqh, yakni masalah yang mengandung problematik dan khilafiah para ulama, serta topik lain yang justru mengandung problem bagi siswa untuk kemudian dipecahkan. Tujuan metode ini adalah agar anak-anak terbiasa berlatih menghadapi berbagai masalah, sebagai calon pemimpin ia berkemampua tinggi dan siap mental menghadapi / memecahkan berbagai masalah.

Metode problem solving tepat digunakan :

  1. Bila pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa berfikir ilmiah dan analitis
  2. Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih keberanian siswa, dan rasa tanggung jawab dalam menghadapi kehidupan yang menantang
  3. Untuk mendorong berfikir mandiri dan berdikasi
  4. Apabila untuk menumbuhkan wawasan/harizon yang luas tentang berbagai pemikiran agama Islam

Kebaikan metode problem solving :

  1. Mendorong siswa untuk berfikir aktif dan kreatif dalam mencari bentuk-bentuk pemecahan masalah sepenuh hati dan teliti. Meskipun harus melalui trial and error (terus mencoba, meskipun mengalami kesalahan).
  2. Mendorong siswa untuk belajar sambil bekerja (learning by doing)
  3. Memupuk rasa tanggung jawab
  4. Mendorong siswa untuk tidak berfikir sempit, fanatik.

Kekurangan metode problem solving :

  1. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru harus dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu. Misalnya pada pelajaran agama, mengenai cara pelaksanaan shalat yang benar, cara berwudhu, dan lain-lain
  2. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa
  3. Banyak menimbulkan resiko. Terutama bagi anak yang memiliki kemampuan kurang. Kemungkinan akan menyebabkan rasa frustasi dan ketegangan batin, dalam memecahkan masalah-masalah yang muskil dan mendasar dalam agama.
  4. Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai proses pemecahan masalah yang ditempuh siswa.
  5. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang

Saran-saran dalam pelaksanaan metode problem solving :

Agar metode problem solving ini dapat efektif dalam pelaksanaannya, maka perlu kiranya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Dalam memilik masalah mempertimbangkan aspek kemampuan dan perkembangan anak didik
  2. Siswa terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
  3. Bimbingan secara kontinu dan persediaan alat-alat/sarana pengajaran yang perlu diperhatikan
  4. Merencanakan tujuan yang hendak dicapai secara sistematis

Metode Audio Visual


Writed by: Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/29/metode-audio-visual/

14.  Metode Audio Visual

Metode audio visual yaitu : suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan alat-alat media pengajaran yang dapat memperdengarkan, atau memperagakan bahan-bahan tersebut sehingga siswa / murid-murid dapat menyaksikan secara langsung, mengamat-amati secara cermat, memegang / merasakan bahan-bahan peragaan itu. Pada setiap kali penyajian bahan pelajaran semestinya guru menggunakan media pengajaran, seperti lembaran balik, papan planel, proyektor, dan lain sebagainya.

Metode audio visual dikenal dengan keharusan penggunaan audio visual aids atau audio visual material. Ketiga istilah (baik audio visual aids, audio visual material, maupun audio visual method) sama-sama menekankan kepada pemberian pengalaman secara nyata kepada anak didik. Dengan melihat langsung, mendengar, meraba, mencium jika perlu, tentang hal-hal yang dipelajari itu.

Jadi inti pengajaran audio visual ini adalah dipergunakan beberapa alat/bahan media pengajaran antar lain melalui film strip, radio, TV, piringan hitam, tape recorder, gambar-gambar peta, dan lain-lain sebagainya. Lebih utama menggunakan benda-benda asli sebagai peraga.

Langkah-langkah yang ditempuh dengan metode audio visual :

  1. Bendanya yang asli itu perlu diperagakan didepan kelas jika mungkin
  2. Contohnya dalam ukuran kecil (misalnya miniatur kapal terbang, televisi), dan lain sebagainya
  3. Foto dari suatu benda, bentuk-bentuk gambar lain atau guru sendiri dapat menggambarnya di papan tulis
  4. Jika ketiga hal tersebut diatas tidak dapat kita usahakan, maka guru dapat menjelaskan bentuk bendanya, sifat-sifatnya, dengan jalan mendemonstrasikan melalui gerakan tangan, kata-kata atau mimik tertentu, sehingga menarik perhatian anak didik/siswa

Kebaikan metode audio visual :

  1. Siswa dapat menyaksikan, mengamati serta mengucapkan langsung sekaligus
  2. Dengan memeragakan bendanya secara langsung tersebut, hal ini sangat menarik perhatian siswa
  3. Pengetahuan siswa menjadi inegral, fungsional dan dapat terhindar dari pengajaran verbalisme
  4. Pengajaran menarik minat dan perhatian siswa

Kekurangan metode audio visual :

  1. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang
  2. Tugas guru menjadi berat, sebab disamping harus merencanakan materi pelajaran yang akan disajikan juga harus menguasai berbagai alat sarana peragaan / media pengajaran berbagai alat sarana peragaan serta alat komunikasi lainnya.
  3. Pengadaan alat sarana peragaan memerlukan biaya dan pemeliharaan yang cukup memadai
  4. Kecenderungan menganggap bahwa pengajaran melalui berbagai macam alat / media pengajaran bersifat pemborosan, bahkan memakan / menyita waktu yang banyak.

Pada pelajaran agama, dengan melalui metode visual ini diharapkan pengajaran menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami serta dihayati. Misalnya pengajaran fiqh, seperti : bagaimana proses mengafani, memandikan mayat / jenazah dengan cara audio visual, atau melalui visualisasi peragaan. Juga dapat diterapkan cara bagaimana proses melaksanakan tawaf. Demikian juga proses pengajaran bahasa Arab melalui alat pendengaran berupa tape recorder. Dan berbagai topik lainnya yang dapat disajikan melalui audio visual tersebut.

Metode Membungkus (Wrapping Method)


Writed by:  Hafiz Muthoharoh, S.Pd.I

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/28/metode-membungkus-wrapping-method/

13.  Metode Membungkus (Wrapping Method)

Metode membungkus (wrapping method) maksudnya ialah : cara menyajikan bahan/materi pelajaran agama atau hikmah keimanan dan sebagainya, sengaja dibungkus atau diselubungi dengan bentuk-bentuk lain, misalnya kisah cerita atau dengan ilmu-ilmu lain seperti sejarah, ilmu-ilmu skuler yakni vak umum yang ada disekolah atau diperguruan tinggi. Yakni nilai norma agama diselubungu vak umum.

Jadi, untuk menyampaikan pelajaran agam, sengaja dicari materi pelajaran lain bidang umum sebagai pembungkusnya sehingga agama disajikan terselubung dalam pelajaran umum itu. Hal ini dilakukan karena di lembaga sekolah umum tertentu sangat sulit dimasuki pelajaran agama. Maka seorang guru/dosen agama, hanya dapat menempuh dengan cara seperti ini.

Misalnya guru hanya mengajar tentang sejarah Diponegoro, sejarah Perang Salib, dan lain-lainnya. akan tetapi di dalamnya sengaja dihadirkan jiwa keimanan, keutamaan-keutamaan agama serta fungsi kemahakuasaan Tuhan, yang disajikan secara menarik. Sehingga lama-kelamaan secara berangusr-angsur rasa cinta gama dan rasa memilikinya mulai tumbuh dan meresap pada jiwa mereka.

Berbeda dengan inversi atau lampiran, metode membungkus (wrapping), untuk menyampaikan pelajaran agama selalu memulai dengan vak umum yang berfungsi sebagai pembawanya. Dan yang pokok adalah agamanya, sedangkan vak umum (pelajaran umum) hanya sebagai kulitnya.

Pada metode lampiran/inversi, unsur agama/jiwa agama hanya ditumpangkan dalam pelajaran vak umum. Dan tugas pokok sang guru adalah di bidang vak umum tersebut. Walhasil perbedaan kedua metode tersebut (metode lampiran/insersi dengan metode membungkus/wrapping), adalah terletak pada mata pelajarannya.

Kebaikan metode membungkus/wrapping :

  1. Mealui metode membungkus/wrapping, ini berarti guru dituntut disamping menguasai vak agama, sebaga itugas pokkoknya, juga harus menguasai vak umum. Hal ini memungkinkan wawasan guru menjadi luas dan integral.
  2. Pengetahuan siswa menjadi luas, sebagai konsekuensi dari point pertama diatas
  3. Bila guru trampil dan simpatik dalam menyajikan materi pelajaran, dengan sendirinya citra agama dan guru agama yang tadinya dianggap remeh/rendah akan menjadi disenangi/dicintai, bahkan ada keinginan untuk memperdalam ajaran-ajaran agama tersebut.

Kekurangan metode membungkus/wrapping :

Sebagaimana halnya metode lampiran/insersi, maka metode membungkus / wrapping memiliki unsur kelemahan yang cukup mendasar, yaitu :

  1. Penyajian materi agama biasanya tidak jelas, bahkan tersamar dengan vak umum yang merupakan sandaran / pembungkusnya
  1. Kebanyakan guru agama Islam/dosen agama, lemah dalam menguasai pelajaran vak umum. Akibatnya kesulitan dalam meramu / menyajikan pelajaran agama itu kedalam vak umum.
  2. Memerlukan perencanaan yang matang. Disini setiap saat akan mengajar guru/dosen agama, bukan saja harus menyiapkan dan menguasai pelajaran agama. Akan tetapi juga harus menyiapkan dan menguasai pelajaran vak umum. Dan unu berarti tugas guru / dosen agama menjadi tidak ringan.
  3. Tidak semua pelajaran agama reliabel dengan pelajaran vak umum.

Saran-saran :

  1. Sebaiknya guru agama meningkatkan pengetahuannya dan penguasaan pelajaran vak umum, agar dengan itu dapat memadukan kedua pelajaran (pelajaran agama dan umum) secara integral, dengan demikian pengetahuan menjadi utuh dan padu.
  2. Pengalaman menunjukkan bahwa, banyak guru agama/dosen yang megajar di lembaga-lembaga pendidikan umum lemah dalam penguasaan metodologi pelajaran. Dan terkesan bahwa materi pelajaran agama yang disampaikan lebih menonjolkan segi-segi hukum agama Islam semata. Dan agama hanya lebih dipandang dari sudut syari’at. Akibatnya siswa/mahasiswa merasa takut untuk belajar agama. Dan acuh untuk mendekatinya. Dan lebih berbahaya lagi memandang remeh guru/dosen agama mereka. Maka dari itu, guru/dosen agama, disamping hendaknya menguasai pelajaran juga menguasai metodologi pengajaran.
  3. Setiap akan memberikan materi pelajaran, guru hendaknya merencanakan materi pelajaran secara matang. Hilangkanlah sikap dan kebiasaan mengajar hanay untuk memenuhi panggilan kewajiban. Guru yang baik adalah ia senantiasa bermotivasi untuk mencari dan menemukan sesuatu yang terbaik untuk anak didiknya
  4. Untuk disadari oleh guru/dosen agama, bahwa ia adalah sosok pribadi yang utuh dan bersih dihadapan anak didiknya. Dan menjadi cahaya panutan dalam semua sikap dan tingkah lakunya. Akan tetapi sesekali kepribadian tadi tercemar oleh pebuatan tercela dan nafsu yang rendah. Maka akibatnya lunturlah kepribadian kepribadian tersebut dan hilanglah roh kebaikan dalam dirinya. Maka dari itu, tunjukkanlah dan jagalah kepribadian itu secara baik.