Haflah Akhirussanah Program Tahfizhul Qur’an Juz Ke-30


Bismillaah..

IMG_20170603_112027Alhamdulillah, tepat pada hari Sabtu, 03 Juni 2017 bertempat di Masjid Agung Al-Muttaqin Kabupaten Lahat telah dilaksanakan kegiatan rutin tahunan SMP Negeri 10 Lahat, yaitu Haflah Akhirussanah Program Tahfizhul Qur’an Peserta Didik Kelas IX Angkatan Ke-9 SMP Negeri 10 Lahat Tahun Pelajaran 2016-2017.

Uniknya, kegiatan ini merupakan inisiatif langsung dari peserta didik kelas IX yang berkoordinasi dengan para wali kelas IX. Kemudian Kepala Sekolah memfasilitasi rapat Komite Sekolah dan OSIS SMP Negeri 10 Lahat bersama orangtua peserta didik kelas IX untuk membahas hal tersebut. Alhamdulillah, dari rapat tersebut disepakati bahwa kegiatan ini akan dilaksanakan secara sederhana pada hari Sabtu, 03 Juni 2017 bertempat di Masjid Agung Al-Muttaqin Lahat sekaligus pengumuman kelulusan kelas IX.

Baca lebih lanjut

Suasana Jum’at Berbagi Kelas 7.E Madinah di SMP Negeri 10 Lahat


Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh.

jumat-berbagi-8

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan semesta alam. Kemudian sholawat dan kesejahteraan semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan ummatnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, salah satu program keislaman SMP Negeri 10 Lahat yang terus istiqomah diamalkan adalah “Jum’at Berbagi.” Program Jum’at Berbagi di SMP Negeri 10 Lahat dilaksanakan setiap hari Jum’at pada jam istirahat, yaitu pukul 09.50 – 10.10 wib.

Baca lebih lanjut

SMP Negeri 10 Lahat Menyelenggarakan Ulangan Semester Program Muatan Keagamaan


program tahfizhul quran SMPN 10 LahatLAHAT – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) sebagian sudah berakhir proses belajar mengajar di tahun pelajaran 2014/2015 ini, namun berbeda dengan SMP Negeri 10 Lahat yang kali masih berlangsung ulangan semester genap untuk program muatan keagamaan.

Saat lahatonline menyambang Sabru (13/6), RIDUAN Waka Kesiswaan mengatakan “Ulangan SMP Negeri 10 Lahat ini ulangan materi reguler yang telah dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 13 denngan materi muatan keagamaan seperti halnya materi mengenai setoran hapalan al-Qur’an, Tilawah, Bahasa Arab, dan Muhadharoh. Hal ini sebagai pembeda SMP Negeri 10 Lahat dengan SMP lainnya. Dan ulangan tersebut diikuti pleh siswa kelas 7 dan 8 dengan jumlah siswa 460 sorang” ceritanya.

Ditambahka oleh Riduan, “Dimana SMP Negeri 10 Lahat untuk siswa kelas IX telah berakhir dan juga ada beberapa siswa kita yang telah memasuki ke SMAN melalui jalur prestasi seperti ke SMAN 4 Lahat sebanyak 7 orang siswa, dan ada juga ke SMAN lainnya tinggal tunggu hasil pengumuman test yang berlangsung diselenggarakan tanggal 11 Juni 2015 kemarin. Dan terpaling penting lagi SMP Negeri 10 Lahat akan memprogram kedepan untuk mata pelajaran tahfizhul qur’an untuk tahun pelajaran 2015/2016 nanti akan diajarkan oleh dua guru sekaligus dalam satu pertemuan itu tidak lain bertujuan untuk mencapai target supaya siswa dengan cepatnya menghapal dan bisa membaca Al-qur’an” katanya.

ARIF HIDAYAT, M.Pd.I kepala SMP Negeri 10 LAHAT menambahakan, ”Untuk SMP Negeri 10 Lahat ini telah banyak mengantongi Prestasi Olimpiade berberapa hari lalu kemarin atelit telah berangkat ke Palembang guna mengikuti O2SN. Alhasil kabar terbaik telah didapat oleh atelit SMP Negeri 10 Lahat ini dengan cabang olahraga lompat jauh, tolak peluru, putra putri pencak silat mendapatkan juara 1 dan ada juga di ajang FL2SN puisi juga juara 1 dan diselenggarakan oleh BLH lomba lukis nomo 1 juga diraih oleh siswa SMPN 10 Lahat ini suatu kebanggahan” pungkasnya Arif. (Mirhan)

http://lahatonline.com/22139-smpn-10-lahat-laksanakan-ulangan-materi-reguler.html

Lulus SMP Negeri 10 Lahat, Hapal Alquran Juz 30


Logo SMP Negeri 10 Lahat

Logo SMP Negeri 10 Lahat

Sebanyak 130 peserta didik SMP Negeri 10 Lahat tahun pelajaran 2014-2015 dikembalikan kepada orangtua dalam acara pelepasan peserta didik kelas IX angatan ke tujuh di Hotel Grand Zuri Lahat, Sabtu, 30 Mei 2015.

Penuh rasa kebersamaan acara yang dipandu oleh peserta didik dengan nuansa Islami tanpa meninggalkan karakteristik modernisasi saat ini, membuat tamu undangan takjub dan kagum, terlebih Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat mengapresiasi pencapaian sekolah yang memadukan sistem pendidikan dengan organisasi sekolah sehingga keselarasan baik guru, tata usaha, peserta didik dan warga sekolah lainnya terjalin dengan baik dan harmonis.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Drs. Sutoko, M.Si mengatakan, “Saya mengapresiasi pencapaian yang telah dilakukan SMP Negeri 10 Lahat saat ini, selain peletakan pondasi yang kuat hingga saat ini keselarasan sistem kegiatan pembelajaran di sekolah harmonis, terlebih lagi dipadukan dengan nuansa Islam yang kental dalam mendidik anak bangsa.”

Lebih lanjut beliau menyampaikan, “Semoga SMP Negeri 10 Lahat terus dapat bersaing dalam menuju sekolah bernuansa Islami, terlebih lagi apa yang telah dilakukan SMP Negeri 10 Lahat yang telah berhasil meluluskan para peserta didik penghapal Alquran juz 30 – mereka adalah peserta didik yang telah diuji hapalannya secara menyeluruh dan mendapatkan kategori “A”, yaitu hapalan lancar dan bacaan baik sesuai dengan tajwid – ” Selain itu, beliau menuturkan, “Bahwa bagian dari keberhasilan SMP Negeri 10 Lahat dalam mendidik pesera didik adalah adanya gagasan sendiri yang lahir dari peserta didik untuk mengumpulkan seragam sekolah mereka untuk disumbangkan pada yang berhak, terutama untuk keperluan peserta didik kelas VII dan VIII, hal tersebut patut dicontoh oleh sekolah-sekolah lainnya.” Oleh karena itu, beliau mengajak kita semua untuk bersama-sama mengawal peserta didik untuk membentuk penerus bangsa yang sholeh/sholeha, mandiri, aktif, cerdas dan terampil.

Sementara itu, Kepala SMP Negeri 10 Lahat, Bapak H Arif Hidayat, M.Pd.I mengatakan, “Pelepasan peserta didik kelas IX angkatan ke-VII SMP Negeri 10 Lahat Tahun Pelajaran 2014-2015 telah dibekali dengan pendidikan pengetahuan dan pedoman agama Islam serta diyakini bahwa peserta didik akan lulus 100 persen.”

Bapak H Arif Hidayat, M.Pd.I juga mengatakan, “Selain meluluskan 130 peserta didik, diantaranya sebanyak 11 orang telah khatam menghapal Alquran juz 30. Kita terus berharap peserta didik terus mengembangkan prestasinya, baik prestasi akademik maupun meningkatkan ilmu agama.”

Akhirnya semoga SMP Negeri 10 Lahat menjadi SMP yang terdepan di Kabupaten Lahat, baik bidang akademik maupun nilai-nilai keagamaannya. Amiin!

Pelepasan Peserta Didik Kelas IX Angkatan ke-VII SMP Negeri 10 Lahat


Pelepasan Siswa Kelas IX SMP Negeri 10 Lahat

Pelepasan Siswa Kelas IX SMP Negeri 10 Lahat

Bertempat di Hotel Grand Zuri Lahat, Sabtu (30/5/2015) peserta didik kelas IX angkatan ke-VII tahun pelajaran 2014-2015, SMP Negeri 10 Lahat resmi dilepas dengan dikembalikan kepada orangtua masing-masing. SMP Negeri 10 Lahat melepas 130 peserta didik, 11 orang diantara peserta didik tersebut telah khatam menghapal juz 30 (juz ‘amma), dan terendah peserta didiknya telah mampu menghapal 27 surat Alquran dari target hapalan sebanyak 30 surat Alquran, yaitu QS. An-Naas sampai QS. Al-Buruuj.

Suasana acara yang dihadiri wali siswa kelas IX dan tamu undangan, khususnya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, terbalut dalam nuansa keakraban silaturrahim, terlebih lagi menampilkan berbagai suguhan menarik dari kemampuan para peserta didik SMP Negeri 10 Lahat.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, Drs. Sutoko, M.Si mengungkapkan, “SMP Negeri 10 Lahat adalah salah satu sekolah unggul disamping sekolah lainnya, hal tersebut adalah keberhasilan semua warga sekolah yang berhasil memadukan sistem pendidikan akademik dan nuansa keislaman. Saya apresiasi SMP Negeri 10 Lahat yang telah berhasil memadukan memadukan sistem pendidikan akademik dan nuansa keislaman, terlebih telah berhasil melahirkan peserta didik yang khatam menghapal Alquran juz 30, disamping peserta didiknya lebih berkarakter, sholeh, mandiri, aktif, cerdas dan terampil.” Ungkapnya.

Atau yang lebih kami kenal dengan SMART, yaitu sholeh, mandiri, aktif, cerdas dan terampil.

Workshop Psikologi Keluarga dan Outbond SMP Negeri 10 Lahat


11051737_806097679482284_9009204693939495386_nApapun jenisnya, outbound – dengan berbagai jenis petualangan (adventure) dan permainan (games) yang biasa dijalankan – sebenarnya memiliki manfaat yang beragam, di antaranya: (1)   komunikasi efektif (effective communication), (2)   pengembangan tim (team building), (3)   pemecahan masalah (problem sulving), (4)   kepercayaan diri (self confidence), (5)   kepemimpinan (leadership), (6)   kerja sama (sinergi), (7)   permainan yang menghibur dan menyenangkan (fun games), (8)   konsentrasi/fokus (concentration), dan (9)   kejujuran/sportivitas.

Sekilas, outbound memang terkesan sebagai aktifitas santai-santai belaka, gimana engga? Abis, aktifitasnya berkutat diseputar permainan yang seru dan menyenangkan, dilakukannyapun dalam suasana santai. Namun, jangan sampai kita meremehkan kegiatan satu ini, soalnya dibalik image santai dan funnya ada segudang manfaat dari outbound  loh.

Beberapa contohnya, bisa mempererat kekompakan antar karyawan, tahu sendiri hampir semua kegiatan outbound selalu dilakukan berkelompok. Untuk menyelesaikan suatu tantangan dibutuhin banget tuh yang namanya kerjasama tim. dengan terciptanya semangat kerjasama dan senasib sepenanggungan, maka rasa solidaritas akan muncul dengan sendirinya. outbound training juga dapat menghilangkan jarak (gap) antara atasan dan bawahan, maupun pegawai baru dan pegawai lama yang ampir terjadi disetiap instansi swasta maupun pemerintah,. kalaw senior dan junior berada dalam satu tim, mau ga mau mereka “dipaksa” harus bisa bekerjasama dan melakukannya bersama-sama. yang mungkin tadinya dikantor hanya sekedar tahu nama dan ada rasa sungkan antara atasan dan bawahan begitupun sebaliknya, dijamin setelah outbound akan bisa akrab dari sebelumnya.

Beragam tingkat kesulitan dalam permainan juga dapat membangun sikap pantang menyerah dan menumbuhkan sikap percaya diri peserta, terutama saat mereka bisa menyelesaikan tantangan atau game yang diberikan. Keberanian dalam menghadapi tantangan dan resiko dengan sendirinya akan terbangun selama peserta mengikuti outbound.

Oleh karena itulah, Keluarga Besar SMP Negeri 10 Lahat mengadakan outbound sekaligus workshop Psikologi Keluarga di Kebun Binatang Wari, Lahat Sumatera Selatan.

Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah


Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik

A.  Latar Belakang Manajemen Peserta Didik?

Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.  Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.

Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.

Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak  yang bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda.

Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut.

Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa,– yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak–, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik  untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah.

Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
  2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
  3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
  4. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

  1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
  2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
  3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
  4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

C. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik

Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
  2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
  3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
  4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
  5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
  6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

D. Pendekatan Manajemen Peserta Didik

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh lembaga pendidikannya.

Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.

Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.

Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.

(Dikutif dari Buku Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah oleh Prof. Dr. Ali Imron dan blog Akhmad Sudrajat)

Indonesia Kirim Dosen Muda Untuk Mendalami Pendidikan Matematika Realistik di Belanda


Jakarta, Melalui program beasiswaStuderen in Nederland (StuNed), Indonesia mengirimkan 13 dosen muda untuk mendalami pendidikan matematika realistik selama 12 bulan di Freudenthal Institute, University of Utrecht, Belanda.

Para dosen dilepas secara resmi pada hari Jumat, (05/02) kemarin, oleh Marrik Bellen, Direktur Nuffic-Neso Indonesia didampingi oleh Direktur Ketenagaan Dikti Bapak Muchlas Samani di kantor Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Senayan, Jakarta. Yang sebelumnya selama 8 bulan terakhir para dosen tersebut belajar bahasa Inggris dan mata kuliah dasar pada Program Magister Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana di Unsri Palembang sebanyak 7 orang dan di Unesa Surabaya sebanyak 6 orang.

Para dosen tersebut terdiri dari sepuluh orang perempuan dan tiga orang pria yang direkrut oleh Institut pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ITB dari sepuluh universitas yang tersebar di Indonesia.

Program Master Pendidikan Matematika Realistik (PMR) atau International Master Program om Mathematics Education (IMPoME) adalah hasil kerjasama cost sharing antara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) dan Nuffic-Neso Indonesia. Setelah selesai mendalami pendidikan di Utrecht, mereka akan kembali ke Indonesia untuk melakukan penelitian selama enam bulan dan kegiatan penelitian ini akan dibiayai oleh beasiswa Dikti.

Program ini bertujuan untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan matematika di sekolah dasar di Indonesia dengan memberikan beasiswa kepada para dosen pendidikan matematika di lembaga pendidikan keguruan untuk mempelajari PMR atau Realistic Mathematics Education (RME) dinegeri asalnya Belanda, dimana salah satu ahlinya adalah Hans Freudenthal.

“Keikutsertaan peserta dalam program pendidikan ini merupakan bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap Belanda, baik sebagai tempat referensi dan pengetahuan tentang pendidikan matematika. Ilmu dan pengalaman yang akan didapatkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Matematika menjadi pelajaran yang mudah dimengerti dan menyenangkan.” demikian sambutan Marrik Bellen, Direktur Nuffic-Neso Indonesia.

Program IMPoME ini merupakan kerjasama pertama antara Neso dan Dikti yang direncanakan berlangsung kurang lebih 5 tahun dengan tujuan utamanya adalah untuk mendukung program implementasi dan diseminasi PMRI yang telah tersebar di 18 provinsi yang terbukti dapat membuat anak menjadi senang dengan matematika yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran matematika di sekolah. Selain itu, program ini diharapkan dapat meningkatkan mutu program studi pendidikan matematika di Unesa dan Unsri karena dapat bekerjasama dengan University Utrecht yang merupakan universitas terbaik di belanda dan masuk di jajaran 50 besar dunia.

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/20/indonesia-kirim-dosen-muda-untuk-mendalami-pendidikan-matematika-realistik-di-belanda/

Rapat Koordinasi Kementerian Pendidikan Nasional


Bogor, Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan Rapat Koordinasi Kementerian Pendidikan Nasional yang diselenggarakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, Kementerian Pendidikan Nasional, Bojongsari, Depok, Bogor, pada Jumat, (05/02).

Rapat Koordinasi (Rakor) dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Muhammad Nuh dan diikuti sebanyak 213 orang dari jajaran pejabat eselon I, II, III di lingkungan unit utama Kementerian Pendidikan Nasional.

Dalam sambutannya, Mendiknas Menjelaskan bahwa namanya pendidikan itu irreversible proces yaitu proses yang tidak bisa dikembalikan lagi artinya hasil pendidikan kalau ada kecacatan misalnya aja yang tidak punya tata krama, yang mana ada kesalahan pada waktu ngajar tidak bisa ditarik sekolah lagi karena itu proses irreversible.

“Karena ini proses irreversible maka kita harus hati-hati didalam mulai merancang kurikulumnya, mengembangkan metodologinya sampai dengan implementasi dilapangannya, itu kita harus hati-hati betul dan kita tidak boleh melakukan eksperimen-eksperimen tanpa didasari kajian-kajian akademik secara komprehensif”, jelas Mendiknas.Rakor

Menurut Mendiknas bahwa maksud dari Rakor kali ini disamping membangun silahturahmi dan meningkatkan ownership (rasa kepemilikan), tetapi juga tidak adanya gap/perbedaan dalam menyampaikan ide-ide kreatif yang muncul antara eselon I, II dan III dengan tanpa ada tekanan dan kesungkanan.

Mendiknas juga menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang menarik dan perlu dicermati yaitu yang pertama, tentang Ujian Nasional (UN), “meskipun pelaksananya UN adalah BSNP tetapi kita tetep ikut karena urusan pendidikan tidak bisa di buat demarkasi yang jelas”, kata Mendiknas.

“Oleh karena itu kita harus bersama-sama, kita semua tidak hanya litbang tetapi kita semua ikut menjadi corong-corong atau pelaku-pelaku untuk menghantarkan agar UN itu yang pertama prestasinya bagus, tapi tidak cukup hanya bagus prestasinya tetapi dijiwai oleh perilaku kejujuran sehingga prestasi dan jujur itu melekat satu kesatuan”, jelas Mendiknas.

Yang kedua, tentang renstra, “sebenarnya sudah mengamanatkan tentang akhlak mulia, tentang metodologi yang berbasis kreativitas, inovatif dst, tetapi kenapa masih banyak orang yang menanyakan seakan-akan metodologi yang kita kembangkan itu tidak berbasis pada kreativitas, inovasi dan lainnya”, kata Mendiknas.

“Oleh karena itu kita butuh momentum apa yang disarankan oleh kelompok 3 tentang pentingnya kampanye masih untuk membangkitkan kesadaran kolektif bagi masyarakat luas tentang pentingnya akhlak mulia, kepribadian dan seterusnya”, tambah Mendiknas.

Yang terakhir, mengenai tata kelola yang ujungnya nanti adalah akuntabilitas. “Kalau kita bicara akuntabilitas kalau tidak ada sesuatu yang riil ukurannya yang resonable maka agak susah”, kata Mendiknas. “Oleh karena itu kami berterima kasih kepada bapak-ibu semuanya dan pada kita semuanya yang mempunyai tekad untuk menggeser wajar dengan pengecualian ke wajar tanpa pengecualian”, tambahnya.

Mendiknas mengatakan bahwa berikutnya lagi terkait dengan tata kelola yaitu mengenai pentingnya ketepatan/akurasi/presisi perencanaan karena segala itu awalnya ditentukan didalam perencanaan kalau perencanaannya bagus insyaalloh hasilnya bagus, kalau perencanaan tidak bagus tapi hasilnya bagus itu namanya mukjizat.

Mendiknas berharap, mumpung sekarang ini kita masih punya kesempatan untuk meningkatkan kualitas perencanaan kita, yang mana ujungnya kita memberikan layanan yang baik, baik layanan institusi, layanan kesiswaan maupun layanan ke masyarakat dan orientasi kita adalah orientasi kepuasan publik bukan semata-mata kepuasan kita diknas. “Kita boleh berat tapi publik puas tidak apa-apa memang yang jauh lebih baik adalah kita senang dan publik juga senang oleh karena itu intervensi teknologi menjadi keharusan, menata kembali prosedur  mekanisme sistem yang berlaku di diknas harus di berlakukan dan peningkatan SDM mutlak harus dilakukan, kalau itu bisa dilakukan pekerjaan seberat apapun, insyaalloh kita jawab dengan baik”, katanya.

Mendiknas juga berharap para pejabat di lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional agar memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembangunan pendidikan 2010-2014, yaitu: patuh hukum (legal compliance), terbuka (transparan), dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dilaksankan dengan cepat dan hati-hati (prudent), dan mengikuti azas manfaat (benefical).

Rakor ini membahas masalah kebijakan pendidikan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu: Kelompok I: Realisasi Anggaran 2010, Peningkatan Akuntabilitas (WTP), dan Rencana RKP 2011 (Sesjen dan Irjen). Kelompok II: Persiapan UN yang bisa dipercaya/langkah-langkah persiapan UN 2010 (Kabalitbang dan Ketua BSNP). Kelompok IIIReview (isi) dan Pengembangan Karakter Jati Diri (Dirjen Dikti dan Dirjen PMPTK). Kelompok IV: Peningkatan Kualitas Layanan, meliputi: instasi, pendidik dan tenaga kependidikan, serta siswa (Dirjen Mandikdasmen dan Dirjen PNFI).

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/20/rapat-koordinasi-kementerian-pendidikan-nasional/

Kemendiknas Minta Tertibkan Lembaga PNFI


Bandung, Rabu (3 Februari 2010)–Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) meminta untuk menertibkan lembaga-lembaga di lingkungan Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). Semua aparat yang menangani PNFI diminta untuk memastikan bahwa lembaga-lembaga itu bukan lembaga virtual. Lembaga yang hanya melaporkan nama lembaganya, tetapi sebenarnya tidak melakukan apa-apa.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Dirjen PNFI) Kemendiknas Hamid Muhammad saat membuka Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program Tahun 2010 di Hotel Grand Pasundan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/2/2010).

“Tolong ini dicek betul. Kami betul-betul ingin menertibkan semua lembaga-lembaga PNFI agar PNFI bisa dipercaya, trusted, dan semua orang respect terhadap PNFI,” kata Hamid dihadapan 500 orang peserta rakor.

Hamid menyampaikan, saat ini makin banyak animo masyarakat yang ingin mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dia meminta agar keinginan masyarakat tersebut dikontrol. “Jangan asal memberikan izin untuk (mendirikan) PAUD sepanjang standar pelayanan minimal tidak terpenuhi,” tegasnya.

Hamid menyebutkan, dari 29,8 juta anak usia 0-6 tahun separuhnya sudah terlayani. Dua pertiga dari jumlah tersebut, kata dia, dilayani oleh PAUD nonformal, sedangkan sepertiganya dilayani oleh PAUD formal seperti taman kanak-kanak dan raudhatul athfal. “Kita harus bersungguh-sungguh untuk menekankan layanan PAUD itu betul-betul memenuhi standar layanan minimal,” katanya.

Hamid juga meminta untuk memantau proses pembelajaran dan kegiatan di lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan. Dia berharap, semua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan memastikan proses pembelajaran terjadi dan peserta didik benar-benar belajar. “Jangan sampai kita menyiapkan anggaran yang cukup besar untuk penuntasan wajib belajar sembilan tahun, tetapi tidak memberikan pengalaman belajar yang benar kepada anak-anak kita,” ujarnya.

Pembenahan lain yang perlu dilakukan, kata Hamid, adalah pada lembaga kursus dan pelatihan. Hamid menyebutkan, saat ini tercatat 11 ribu lebih lembaga kursus yang mengantongi nomor induk lembaga. “Masih akan kita verifikasi apakah lembaga ini betul-betul lembaga yang operasional dan bisa memberikan layanan pendidikan yang baik, tetapi yang ingin saya tekankan betul agar dipastikan sama seperti pada pendidikan kesetaraan, dipastikan bahwa kursus yang kita bina itu kursus yang kredibel,” katanya.

Ke depan, kata Hamid, Kemendiknas hanya akan membina, mengembangkan, dan memfasilitasi lembaga-lembaga yang memenuhi persyaratan minimum. “Selebihnya lembaga-lembaga on off itu dikasih pilihan. Dibina lebih lanjut dua sampai tiga tahun sampai betul-betul memenuhi standar atau disarankan memilih bidang lain sebagai core bisnisnya, sehingga tidak mengganggu layanan lembaga kursus seperti yang kita harapkan ini,” katanya.***

Sumber: https://alhafizh84.wordpress.com/2010/02/20/kemendiknas-minta-tertibkan-lembaga-pnfi/